Saturday, November 4, 2023

Hard Times

Indeed, when we menstruate, we tend to be more emotional. I personally feel that right now.

Day 4 mens, I'm in the deepest mental abyss. My faith seemed to be shaken. Not only because of problems at home, such as the uprising prices of everything, having worked but not yet been paid, BPJS which is still not active, and also the issue of Faza's disqualification at the pencak silat national championship yesterday. 

But I am also heartbroken to see the atrocities in Palestine that have never been resolved. For almost a month now, Palestinians have been massacred, but it seems there is no help from Allah, at least from large Middle Eastern countries such as Saudi Arabia and the UAE. It's even craziest in the UAE, which held a Halloween parade in Dubai. Like there's no empathy. 

Then what am I doing? More severe. Just witnessing and hearing death after death of a nation that is approaching extinction. 

It's really not appropriate for me to ask God's plan, but I'm really tired, tired of feeling helpless and useless. Even if I want to confide in my friends, they don't seem interested in listening to me. Maybe that's the reason why they were never aware of my personal life for the past 15 years, several heartbreaks, financial problems, etc. They never know. Once they asked me why I never told them. 

Do you want to know? Well, the reason is because you guys never asked, or were interested in listening to my story. 

I understand we all have problems, maybe my problem is not as urgent as theirs, that's okay. Alhamdulillah. 

Right now I feel so alone. There's nothing I can say about the situation of my heart and mind. My husband will become more stressed if I tell him, especially my father. Only Samsung notes or this blog that become the place that I pour out my heart. 

I may be depressed now, but only me and Allah know that...and those who read this blog, of course. Although I doubt anyone does. 

Just leave it like that. 

O Allah, if this is all Your plan, strengthen me in witnessing and living it. I don't know whether You care about my prayers, while many people who are more pious than me are also praying for Palestine. But You still destroy Palestine, anyway..

Just don't take away my faith, O Allah, please set my heart on this religion, even though I don't understand Your plan. Please make me a Muslim until my last breath. Amen, Lord, amen.

Wednesday, November 1, 2023

Sebuah kesadaran yang menyesakkan

Dulu saya pernah menulis di status Facebook, tentang sulitnya menjadi orang beriman yang baik (https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02BHRYsg1tP48rs9nQQorG4zSUGNoXZpj1VyQNqteCX7eqaLnsj9PMucmn3MyNjVpxl&id=715109957&mibextid=Nif5oz).

Baru-baru ini saya kembali diguncang dengan statement seorang teman tentang dosa. Awalnya adalah penilaian kami tentang suatu perbuatan yang kami nilai berdosa, lalu jadi agak melebar menjadi: bukankah masih banyak dosa-dosa lain yang juga kita lakukan sehari-hari?

Terus terang saya agak kaget saat itu, bukan saja karena saya langsung menginsyafi diri ini yang juga banyak dosa, tapi adalah betapa mudahnya ia mengakui dosa-dosanya tersebut, mulai yang dianggap kecil sampai yang lumayan besar, seolah itu bukanlah aib. Saya tidak menyalahkannya, karena apa yang ia lakukan memang kondisi sehari-hari yang tidak bisa terelakkan. Hanya saja yang membuat shock adalah alangkah mudahnya kita selama ini melakukan dosa, tanpa rasa malu, tanpa rasa bersalah, seolah itu hal yang lumrah saja. Padahal iman itu sebagian besarnya adalah rasa malu. 

Apakah itu berarti kita tidak beriman? Balik lagi ke tulisan saya di Facebook. 

Memang menjadi orang beriman yang baik itu sulit. 

Teman saya itu adalah orang yang sangat baik, luhur budi, perhatian dan sangat bisa dipercaya. Bisa dibilang, kalau saya punya harta berlimpah dan harus dititipkan, maka ia adalah orang pertama yg akan saya berikan amanah itu. Namun ia pun tak luput dari dosa, membuat saya yang level kebaikannya belum setinggi dia jadi tambah insecure.

Tiba-tiba seperti ada suara yang mengatakan kepada saya, "hei kamu. Jangan sombong kalau sedang ditimpa musibah, jangan merasa itu ujian dari Allah, padahal itu sebenarnya hukuman". 

Hukuman ataupun ujian, semuanya mengandung hikmah, mau jadi apa kita setelah melaluinya? Menjalankan keimanan dengan lebih baik lagi, atau makin terlena dengan kehidupan dunia dan makin santai melakukan dosa-dosa, hanya karena: sudah biasa.

Yang ironis, kita kadang meninggalkan sesuatu karena ingin membersihkan diri dari dosa, namun ternyata dalam perjalanan hijrah itu, kita melakukan dosa-dosa lain yang tak kalah seriusnya. Maka apa arti hijrah kita? Apakah hal ini harus dimaklumi sebagai "proses"? Sampai kapan sesuatu hal dikatakan proses? Apakah dalam suatu proses, boleh melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang? Bukankah itu menandakan ketidakseriusan kita dalam menginginkan perubahan? 

Saya, terus terang masih mencerna semua ini; saya yang bodoh, yang sering berbangga diri, dan masih terseok-seok dalam menjalani perintah dan larangan Allah Subhanahu wata'ala. Saya hanya bisa berdoa, semoga Allah senantiasa membimbing kita semua dalam syariatNya. Semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang pandai bersyukur, menjauhi perbuatan dosa, dan menjadi sebaik-baik muslim sebagaimana yang diharapkan oleh baginda nabi Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam. Aamiin ya Rabbal aalamiin.


Allahul musta'an.