Thursday, January 29, 2009

Burn After Reading

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Film Burn after Reading ini mestinya jadi film pilihan kedua, setelah Bride Wars.

Dalam rangka mengobati kesuntukan di kantor, saya dan seorang teman berniat menonton film yang ringan2 sekedar unttuk haha hihi bersama. Apa daya Bride Wars kemarin belum ada di bioskop dan hari ini konon baru tayang midnight. walhasil second option adalah film ini.

Burn After Reading adalah sejenis film komedi satir yang dibintangi oleh George Cloney, Frances Ms. Dormand, John Malkovich, dan Brad Pitt. Ceritanya sendiri pada dasarnya hanyalah sebuah a big miscommunication.
diceritakan Osbourne Cox, salah seorang mantan karyawan CIA tengah membuat buku mengenai CIA, yang disimpannya dalam sebuah CD. Tanpa disadari, CD tersebut tercecer di sebuah gym bernama Hardbodies akibat keteledoran salah seorang pegawai penerbitan. lalu CD tersebut ditemukan oleh pembersih ruang ganti wanita yang kemudian dianggap sebagai barang rahasia penting milik CIA. Linda Litzke (Frances McDormand) dan Chad Feldheimer (Brad Pitt) kemudian merancang suatu skenario pemerasan kepada pemilik CD tersebut, dimana Linda, yang merasa tidak PD dengan kondisi fisiknya berniat menggunakan uang tersebut untuk operasi payudara.
Osborne Cox sendiri tidak melayani permintaan Linda dan Chad, namun ia mengancam keduanya bahwa mereka dapat didakwa atas pelanggaran federal. Pada saat itu sebenarnya Osbourne tengah menghadapi dilema dalam perkawinannya dengan Katie (Tilda Swinton), dimana Katie sendiri asyik berselingkuh dengan seorang pria playboy yang terobsesi dengan sex, bernama Harry Pfarrer (George Clooney). Cerita makin seru manakala Linda dan Chad menyerahkan CD tersebut ke kedutaan Rusia. Sementara mereka tetap menginginkan uang dari Osbourne dan mencari keterangan tentang lelaki yang mereka anggap sebagai petinggi CIA ini. Lebih jelimet lagi saat Linda ternyata merupakan teman lama Harry dan mereka berkencan.
Puncak masalah ketika tanpa sengaja Harry menembak Chad yang disangkanya agen rahasia, lalu Osbourne membunuh manajer Linda dan Chad, dan apa yang dilakukan CIA terhadap kasus ini. Suatu penyelesaian yang menggelikan dari CIA dan mau tak mau membuat kita meringis geli.

Bagi saya dan teman saya yang berniat mencari tontonan ringan sekedar haha hihi tentu tidak mendapatkannya di film ini. Namun kami sedikitpun tidak menyesal, karena film ini memang sungguh sayang untuk dilewatkan.

Akting para pemain yang jempolan, ditambah skenario yang menawan dan ide cerita yang brillian cukuplah membuat saya memberikan 4 bintang untuk film yang disutradarai oleh Joel dan Ethan Coen ini. Tak heran film ini juga banyak mendapatkan pujian oelh beberapa kritikus di luar negeri sana.

Wednesday, January 28, 2009

Doa

Pagi ini saya mendapat email dari seorang teman. isinya tentang hakekat doa.
khas saya, langsung saja introspeksi, seperti apakah doa yang saya panjatkan selama ini?
lebih jauh lagi, apakah saya telah cukup berdoa?
doa seperti apakah yang pantas buat dipanjatkan oleh sorang hamba seperti saya?

Sudah cukup lama saya memahami bahwa shalat itu sebenarnya adalah doa melulu isinya. mulai dari takhbiratul ihram sampai salam, bacaannya doa semua.
jadi apa tidak terlalu berlebihan kalau setelah shalat kita meminta lagi?
akibat spemikiran itu, saya jadi jarang berlama-lama duduk setelah shalat kecuali untuk dzikir ala kadarnya.
Dan lebih parah lagi, ternyata saya sadari, saya malah jarang shalat! hauahahaha...

Begini ya, sebagai mahluk transenden, saya sangat sadar akan ruh ilahiah yang ada di dalam diri saya. Sadar Tuhan banget bouw maksudnya. Tapi kadang saya merasa terlalu cetek bila kita hanya memandang bahwa ritual adalah satu-satunya cara untuk mendekat padaNya, dan lebih cetek lagi kalau ritual dijadikan alat meminta kepadaNya.

gitu loh menurut pandangan saya yang banyak dosa ini..hehe
Taaaapi, bukan berarti saya tidak merasa ritual itu perlu. Sekali lagi sebagai mahluk yang transenden, perasaan butuh Tuhan itu selalu ada dan kadang-kadang saya butuh juga shalat juga. Terutama kalau lagi banyak masalah dan minta penyelesaian yang terbaik. Nah pada saat  ini saya akan merasa "mendekati Tuhan dengan cara yang paling hina".

.....

Dan sebagai sharing aja nih, saya sering merasa Tuhan memandangi saya sambil tersenyum, sementara para malaikat geleng-geleng kepala melihat (kelakuan) saya.
Yah itu hanya perasaan saya aja siiyhh...heuheu..Wahai Tuhan dan malaikat,  jangan marah ya plisss...





Friday, January 23, 2009

Tartuffe

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Moliere
Tartuffe adalah drama komedi klasik lima babak karya Molière (dramawan Prancis) yang bercerita tentang seorang munafik bernama Tartuffe yang berpura-pura menjadi suci, sangat taat dan selalu mengatasnamakan Tuhan atas segala yang ia lakukan. Orgon, bangsawan kaya di Paris adalah salah satu korbannya. Tartuffe mengincar harta warisannya dan bermaksud mengawini putri tunggalnya dengan dalih agar karunia Tuhan selalu hadir di rumahnya. Apa yang akan dilakukan Tartuffe untuk merayu Orgon? Akankah Orgon terbius oleh tipu daya Tartuffe?

Ketika pertama kali dipentaskan tahun 1664, drama ini berhasil membuat para petinggi agama di Prancis seperti kebakaran jenggot. Di Indonesia, Teater Populer, pada Agustus 1969, 305 tahun kemudian, memainkan lakon yang sama di bawah arahan sutradara Teguh Karya. Drama komedi ini pernah dipentaskan oleh Teater Koma arahan Nano Riantiarno di Indonesia pada Juli 2004, dalam bentuk sinergi dengan Sadewa Tunggal (Wayang Jawa) yang berjudul Republik Togog. Komedi yang ditulis dengan sederhana ini dinilai mampu menyentil dan dirasa sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia waktu itu.

000

Seingat saya baru dua kali saya membaca karya drama komedi klasik penulis Barat. Salah satunya adalah "Much A do About Nothing" karya William Shakespeare. yang kedua, tentu saja Tartuffe ini.

Ini adalah kisah tentang seorang bangsawan bernama Orgon yang ditipu habis-habisan oleh Tartuffe, seorang munafik yang dalam perkataan dan perbuatannya selalu mengatasnamakan Tuhan. Tentu saja, semuanya dilakukan dalam rangka keuntungan pribadi.

Yang menyebalkan, demi Tartuffe, Orgon sampai tidak menghiraukan istri dan anak-anaknya dan melakukan apapun untuk kepentingan Tartuffe, meskipun sudah diperingatkan oleh orang-orang tedekatnya. Pada akhirnya Orgon menyadari kesalahannya, namun terlambat, karena Tartuffe telah merebut segala hartanya dari tangan Orgon.

Hampir dalam setiap babak ada adegan yang konyol, dan dialog-dialog yang ditampilkanpun sarat dengan sindiran yang membuat kita tersenyum-senyum sendiri saat membacanya. Mau tak mau, saya menghaturkan penghargaan setinggi-tingginya kepada penerjemah karena sanggup menghidupkan kisah drama Moliere ini, seolah jarak 344 tahun seolah tak ada artinya sama sekali.

Sumpah mati, saya ingin sekali melihat drama ini dipentaskan oleh Teater Koma. (Semoga bapak N. Riantiarno mendengar doa saya...hehe..)

tokoh favorit: Dorinne & Cleante :)