Wednesday, April 30, 2008

the Loving One


O the loving one

where can I find a glance of your shine?

I can feel your love, but I can't feel you

I can see your beauty

but I can't get near you

all the tears I've shed in my lonely nights

faded just before you

the air I breathe full of scream and hope

now and then it became aching

I smell my fear and cry for my pains

I seek through the darkness and serenity

I seek for you

How I seek for you

Sunday, April 6, 2008

Kimya dan Sufisme

Saya habis membaca buku Kimya, sang putri Rumi.

Seorang teman telah berbaik hati meminjamkannya kepada saya ditengah hingar bingar pertunjukan musik di Planet Hollywood. Terus terang, saat itu saya lupa kalu saya pernah meminjam buku tersebut darinya, sehingga saat dibawakan, saya malah terperangah...hehehe...jadi berasa a nice surprise gitu yak..

Buku ini berkisah tentang seorang anak perempuan di negeri Turki, di sebuah desa yang tak terkenal dan pada akhirnya adalah kisah kehidupannya di kota Konya (Koniah) yang terkenal itu. Anak ini memiliki tnda-tnda spesial tertentu seperti halnya Joan of Arc, yang sering mendapatkan penampakan atau sekedar perasaan ekstase tertentu yang sulit dipahami orang pada umumnya. Dalam pengalaman spiritualnya itu, sang anak, yang bernama Kimya ini, sering dihampiri oleh rasa kerinduan mistis kepada sang Khalik, yang tentunya tidak dimengerti oleh Kimya sendiri. Ia kerap merasakan kebahagiaan tiada tara, perasaan senang setiap kali disentuh oleh pengalaman itu.

Entah bagaimana, kejadian demi kejadian mengantarkan Kimya kepada Sang Maulana Jaluddin Rumi, yang anehnya, merupakan kejadian yang tak sengaja saat Kimya akan dititipkan ke Biara oleh ayahnya, namun karena biarawati yang akan mengurusnya sudah pergi, maka ayahnya tidak jadi menitipkan di sana. Maulana Jalaludin Rumi sendiri sebenarnya sudah pernah datang kepada Kimya, baik dalam mimpi maupun dalam pengalaman spiritualnya, seolah-olah memang tangan Tuhan telah menakdirkan Kimya untuk dirawat oleh Rumi.

Yang menarik, dalam buku ini begitu kental nuansa toleransi beragama antar Kristen dengan Islam. Bahkan tokoh kita inipun, Kimya, berasal dari keluarga yang heterogen. Ibunya adalah Kristen, ayahnya adalah penganut Islam yang baru-baru itu menguasai Turki dan mengambil alih agama mayoritas sebelumnya. Sang ayah, Faroukh adalah eks penganut pagan, yang kerap memiliki ritual-ritual tertentu dalam ibadahnya. Namun demikian, mereka sekeluarga sangat mempercayai Tuhan dan mengaitkannya secara kental dalam kehidupan sehari-hari.

Cerita beranjak dari Kimya, seorang gadis kecil yang extraordinary, menjadi gadis remaja yang cantik dan mengalami transformasi spiritual menjalani hidup sebagai salah seorang penganut sufi, dengan bantuan Rumi dan as Syams. Disini saya seolah-olah dapat merasakan kebingungan Kimya atas pengalaman hidupnya, sekaligus mendapatkan pencerahan atas jawaban-jawaban yang diperolehnya.

saya juga seolah mendapatkan jawaban dari  kehidupan para sufi yang  dulu tidak saya mengerti, yaitu menjauhkan diri dari kemewahan hidup dan masyarakat. Mereka seperti hidup dalam dunianya sendiri, dan kadang-kadang saya mempertanyakan, apakah sufi itu Islami? bagaimana kaitannya dengan konsep "Rahmatan lil Alamin"?. tapi sudahlah...kita toh bukan mau membicarakan itu...

terus terang tidak semua jawaban saya dapatkan, mungkin saya harus lebih mendalami lagi, namun satu hal yang saya tangkap dari kehidupan sufi yang menyendiri, bahwa mereka menganggap cinta adalah Tuhan, Tuhan adalah cinta. Tidak ada cinta yang lain selain Tuhan. Cinta datang dalam kepedihan, seperti halnya Tuhan mendatangi kita dalam kesedihan, kesendirian, istilahnya ,"hati yang berdarah-darah". Dan saat "Cinta" datang, maka tidak ada kenikmatan lain yang setara di dunia ini yang dapat menyamainya.

Sungguh, begitu saya mencoba memasuki alam pikiran seperti ini, yang terasa adalah kedamaian, rasa haru yang menyakitkan, namun serasa ingin dan ingin terus merasakannya. Kepedihan yang indah, kalau menurut saya, bahkan mengucapkan namaNya membuat hati terasa sesak, namun begitu membahagiakan.

Kimya telah menjalani transformasi dari sebuah tembaga menjadi emas, Ia mengetahui rahasia hubungan antara manusia dengan Rabb-nya, dan walaupun masyarakat tak kunjung dapat mengerti, Kimya telah membahagiakan dirinya melalui kepedihan, kekosongan dan kesunyian yang membebaskannya dari persepsi"bahagia" secara kebanyakan.

Saya tidak tau apakah penangkapan saya terhadap buku ini, yang notabene merupakan salah satu buku mengenai sufisme. Namun yang jelas, kini saya tambah memahami kisah Layla Majnun dari sudut pandang Sufisme. Mudah-mudahan saya bisa mendapatkan ilmu sufi lagi suatu saat nanti.

What an excellent way to understand life and love...