Monday, January 7, 2019

Sebelumnya aku harus minta maaf (ke diri sndiri) karena kali ini ngga konsisten pakai bahasa Inggris.
Aku khawatir kalau pakai bahasa Inggris akan banyak hal-hal yang malah susah mengungkapkannya, akhirnya jadi tersendat deh..hehe

Kali ini aku mau nyeritain perjalanan ke Makassar dan sekitarnya sekitar dua minggu lalu, saat menghadiri acara pernikahan partnernya suami, namanya Amri. 
Ceritanya perjalanan aku dan suami ini disponsori oleh keluarganya si Amri ini. Jadi sampai detik-detik terakhir kepastiannya masih belum jelas. Akibatnya aku juga ga bisa konfirmasi cuti ke atasan karena sampai Jumat sore (acara hari Minggu dan Senin)  kepastiannya belum 100%. 

Baru Jumat malam kami diinfo tiket pesawat, yang mana pesawatnya berangkat hari Sabtu jam 14.25 WIB. Jadilah malam itu packing-packing, padahal kami juga baru sampai rumah jam 10 malam karena macet. Rasanya campur aduk, antara excited karena akan ke Makassar, kota yang sejak lama ingin aku kunjungi, namun juga sedih karena harus berpisah dengan baby Adzki. Mau dibawa juga kasian, karena baru aja sembuh sakit. Sempat terpikir ga jadi berangkat, tapi suami sudah berharap banget aku ikut, lagian dia juga sudah info ke ibunya akan menitip baby Adzki pada mereka. 

Yasudahlah...aku nurut saja.

Sabtu pagi 8 Oktober 2016, aku dan suami sibuk mberesi pakaian dsb untuk perjalanan +/- seminggu. Seperti biasa aku cuma bisa pasrah begitu tau pakaian kondanganku tertinggal di gudang kantor suamiku, sementara mau ke sana pasti ngga ada waktu lagi. Yawes..bawa seadanya...mudah-mudahan ngga malu-maluin banget lah.

Kira-kira jam 11 siang kami udah cuss berangkat. Pamit ke ayah, menitipkan Faza dan Kyara, lalu ke mertua, menitipkan Adzkiya. Sedih rasanya ninggalin bocah-bocah...namun ngga lama-lama sedihnya karena baru juga taruh Adzki di kasur, suami sudah teriak-teriak supaya aku segera berangkat. Lalu dengan tegar *uhuk* akupun beranjak, cipika cipiki mertua, dadah dadah dan meluncur ke bandara.

To be honest, ini perjalanan jauh pertama aku dan suami. Konon kabarnya sifat dasar manusia terungkap saat mereka melakukan perjalanan jauh. Apakah yang suka mengeluh, ngga sabaran atau malas, bisa kebuka semuanya saat melakukan safar. Agak dag dig dug juga sih, karena ada beberapa orang yang menurut pengalalamanku engga menyenangkan untuk pergi bareng. Bawaannya rempong dan malah merusak suasana. Takutnya ga taunya si suami juga begitu...*mudah-mudahan engga sih*

Pukul 13 pas kami sampai di bandara. Setelah cek in langsung masuk ruang tunggu, shalat zuhur dan duduk manis (sambil kedinginan) di gate 7.  Tau dong untuk mengatasi kedinginan obatnya cuma satu, memamah biak..hehe..jadi pergilah pak suami ikhtiar mencari cemilan. Dalam bayanganku semacam rotiboy sudah cukuplah ya. Eh ternyata dianya cuma nyari yang deket-deket aja dan beli Bread Papa 2 biji. Bukannya ngga suka, tapi roti macam itu kan dalemnya kopong, sementara cemilanku itu syaratnya kalo ngga banyak ya padat berisi..hihi...
Mungkin karena tau istrinya maruk maka suami cuma makan dikit dan sisanya aku yang ngabisin...nom nom nom...

Pesawat delay sekitar 1 jam, untungnya kita bukan sedang perjalanan bisnis ataupun kantor, jadi ngga masalah... Sekitar jam 15.30 petugas memanggil penumpang yang akan bertolak ke Makassar untuk segera memasuki pesawat, maka aku dan suami pun segera mengikuti antrian yang ada. Cuaca gerimis, tapi tidak buruk. Alhamdulillah take off mulus dan landingpun selamat.

Sampai di bandara Sultan Hasanuddin kami dijemput oleh sepupu calon manten pria, namanya Rukmana. Saat pertama ketemu, bawa mobil mazda CX5 putih keliatannya ngebos banget ya...secara perawakannya tinggi besar, chubby2 gitu, Tapi aku segera kaget begitu dia melihat kami, langsung cium tangan suamiku dan aku, lalu membawakan tas-tas kami dan memasukkannya ke mobil. Waahh kagum aku, langsung kesan yang aku dapatkan, ni anak disuruh bapaknya jemput kita, pakai mobil mewah bapaknya. ya kan..ya kaan..

Malam itu kami menginap di hotel d green, hotel bintang 3 yang ngga rekomendid. Sejujurnya menyesali keputusan Rukmana yang batal memesan Aston karena alasan twin bed. arrghh,,,si d green ini udah suara musik dari lounge barnya sampe ke kamar, juga kamarnya bau rokok. Belum lagi kamar mandinya yang..sudahlah. Agak emosi, aku telpon room service dan minta ganti kamar. Ngga lebih bagus sih kamarnya, tapi paling ngga aku bisa tidur tanpa terganggu bau rokok.
Pokonya hotel ini is not recommended lah. Catet.

AKAD NIKAH

Minggu pukul 7.00 kami berdua sudah siap berangkat ke lokasi rumah mempelai pria. Nantinya akad nikah akan diadakan di mesjid agung Makassar, tapi kita ke rumah Amri dulu untuk persiapan ini dan itu.

Di rumah Amri, sudah ramai pihak keluarga dan kerabat. Meskipun sudah makan nasi goreng di D Green, tapi siapa bisa menolak palubasa, roti canai dan berjuta-juta penganan khas daerah yang tersedia..lebay yah..hehe..
Jadi deh aku dan suami makan lagi...ngga cuma satu macem pastinya, tapi yang kita jarang ketemu di Jakarta, itulah yang kita sikat..

OTW Akad Nikah   
Sekitar pukul 8.30 panitia memperingatkan untuk segera bersiap-siap berangkat ke mesjid raya Makassar, tempat aka nikah. Lalu bersama Rukmana kami segera beranjak ke mobil.
Ternyata iring-iringan penganten luar biasa panjangnya...ada 2 bus besar serta puluhan kendaraan pribadi yang panjangnya lumayan bikin macet Makassar, untung aja hari Minggu. Ga kebayang kalau hari kerja...ckck..

Lokasi akad nikah ternyata lumayan jauh dari yang aku kira, tapi sepertinya mesjid ini memang bagus untuk dijadikan tempat acara. Selain bangunannya yang cantik, ukurannya juga lumayan luas, paling tidak untuk menampung parkir.

Aku lihat ada beberapa ibu-ibu yang malah asyik memilih spot yang bagus untuk berfoto, apakah selfie atau wefie. Aku sendiri karena tidak kenal siapa-siapa kecuali mempelai, hanya bisa melihat saja, mau wefie sama suami, entahlah dia ada di mana. Suasana akad berlangsung khidmat dan tidak terlalu lama. Setelah prosesi selesai, tamu-tamu dipersilahkan untuk ke aula mesjid untuk (lagi-lagi) mencicipi hidangan. Saat itu perutku sudah benar-benar kenyang, tapi suami memaksa aku untuk makan, sementara dia ngobrol dan berkumpul dengan rekan-rekannya. Aku didampingi oleh tante Nita, istri Om Agang, salah satu sponsor kami. Tante Nita ini orangnya ramai sekali. Cantik dan tinggi besar seperti aku..cuma kayanya cantikan dia sih hehehe..orang yang baru kenal sekalipun akan cepat akrab dengannya, karena sifatnya yang supel. Belakangan aku baru tahu ternyata dia dan om Agang sempat ambil foto-foto post-wed yang ampun deh..super romantis banget..kalah anak muda..hahaha
Setelah puas mencicipi hidangan yang tidak jauh berbeda dengan hidangan kondangan di Jakarta, kami semua kembali pulang ke rumah pengantin laki-laki. Believe it or not, begitu sampai di rumah Amri, kita lagi-lagi disuruh MAKAN. oh My God...

MINGGU, 9 OKTOBER 2016

Kamar bulan madu ;p
Hari ini bangun di kamar hotel Sahid yang luas..sangat menyenangkan, apalagi setelah pengalaman kemarin malam di hotel abal-abal. Hotel Sahid ini termasuk tua, perabotannya juga terlihat antik, tapi masih sangat layak dibandingkan hotel d Green. *dendam*Kemarin setelah acara akad nikah, kami jajan di toko Muda-mudi, membeli jalang kote dan pisang ijo. Padahal perut dah penuh, tapi anehnya masih masuk aja itu makanan..hadeuuhh..

jalang kote & pisang ijo, cemilan di hotel 
Pagi ini tidak ada jadwal, karena baru nanti malam acara resepsi pernikahan Amri & Fitri. Jadi aku dan suami berencana untuk jalan-jalan ke pantai Losari dengan berjalan kaki. Sayangnya aku tidak membawa sepatu yang enak, jadi apa boleh buat harus pakai sendal wedges yang lumayan pegel kalo dipakai jalan lama-lama. Tapi namanya lagi liburan, sayang kalau tidak ada petualangan. Maka kami berdua berangkatlah dengan semangat menyala-nyala menuju pantai losari. Setelah 30 menit berjalan kaki, bersimbah peluh karena meskipun baru pukul 8.30, matahari sudah lumayan garang. Aku agak curiga melihat tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan arah ke pantai Losari. setelah cek dan ricek, ternyata kami salah arah. yassalaam...sudah jauh-jauh jalan ternyata salah arah..harusnya kami ke arah yang berlawanan dari yang kami tuju saat ini. Akhirnya aku menyerah dan memaksa naik pete-pete (angkot) untuk ke pantai Losari. Kenapa ga naik taksi? karena rasanya sayang aja masa di Makassar ngga nyobain pete-pete..hehe..
Saat menunggu pete-pete, ada seorang bapak pengemudi bentor menawarkan jasanya. Suamiku langsung mengajak aku naik bentor ini saja, lebih unik daripada pete-pete. Setelah menawar harga, maka kamipun naik bentor ini. 

sempit-sempitan di bentor
Setelah kurang lebih 10 menit sampailah kami di pantai Losari. Tapi kami harus jalan sekitar 100 meter untuk mencapai lokasi dikarenakan bentor dilarang memasuki wilayah pantai. Saat itu masih jam 9 pagi, namun suasana sepi sekali. Padahal konon ini tempat nongkrongnya orang Makassar ya, tapi kok hampir tidak terlihat kegiatan apapun di sini, hanya ada beberapa anak jalanan yang duduk atau tiduran di beberapa spot yang tidak terkena sinar matahari.
Pandangan kami langsung tertuju pada mesjid terapung Amirul Mukminin yang sangat eye catchy, meski terlihat lebih kepada land mark, dibanding tempat ibadah..
Pantai Losari ternyata tidak seperti yang dibilang temanku, katanya kotor dan jelek. Menurut aku ngga jelek-jelek amat kok..meski pembangunan esplanade jadi menghilangkan pantainya. Yang aku heran kenapa ngga direklamasi aja ya dibuatkan pantai untuk masyarakat kota. Kan seneng aja kalo warga dikasih pantai hratis..hihihi...
kalau dibikin seperti ini, jadinya ya bukan pantai, tapi lebih ke pinggir laut aja sih..hehehe..

Harus aku akui, langit Makassar sangat cantik dibandingkan langit Jakarta. Awan terlihat lebih dekat, dan langitnya pun biru cemerlang. Aku yang anggota pemburu awan tak henti-henti menatap ke atas mengagumi langit dan awan-awannya yang putih berkilauan. 



 Puas foto-foto di pantai Losari, kami berjalan lagi ke musium La Galigo. Musium ini memiliki koleksi beragam, mulai dari koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. 
Koleksi etnografi terdiri atas berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup, serta benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku BugisMakassarMandar, dan Toraja. Museum juga memiliki benda-benda yang berasal dari kerajaan-kerajaan lokal dan senjata yang pernah digunakan pada saat revolusi kemerdekaan. (copas wikipedia..hehe)






 Agak lama kami di musium, keluar masuk area pamer, sampai masuk ke perpustakaan dan melihat-lihat beberapa copy lontarak Arung Palaka di sana. Memang ya, Indonesia sangat kaya..di Sulawesi Selatan aja budayanya ada beberapa..gimana lagi seluruh Indonesia?
Habis dari musium, kami kelaparan dan memutuskan untuk balik ke hotel. Karena hari sudah siang dan matahari sedang galak-galaknya, maka kami menyetop taksi untuk ke hotel. Lumayan lah ngadem sebentar, karena ternyata dari musium ke hotel jaraknya cukup dekat..naik taksi ngga sampai 10 menit, sudah sampai.

Sekitar dua jam di hotel, kami dijemput Rukmana untuk makan siang bersama. Hanya saja karena jadwalnya yang padat selaku panitia acara pernikahan, maka kami ngga bisa makan jauh-jauh dari hotel. Kami diajak ke restoran pallubasa di Jl. Srigala. Katanya sih ini restoran pallubasa paling enak di Makassar. Hmm asyiikk..makan enak..




Restoran ini dikenal dengan nama Pallubasa Srigala, karena letaknya di jalan srigala. Jadi bukan pakai daging srigala ya. Rasanya? wah jangan tanya deh..wennak banggett..kami makan masing2 dua porsi, maksudnya2 piring nasi dan 2 mangkok sop pallubasa. Jangan salah kira, ukuran mangkoknya tuh kecil, jadi ya wajar lah ya nambah..hehe

Puas makan sop enak, kami kembali ke hotel. Tidak ada jadwal sore ini, jadi cuma tidur-tiduran aja sambil nunggu malam saat resepsi Amri.

RESEPSI PERNIKAHAN

Ngga ada yang istimewa dari acara ini, selain perayaan pesta pernikahan Amri dan Fitri. Pelaminan dihiasi tongkonan 3 buah dan didominasi warna merah. Kebayang biaya ratusan juta hanya untuk dekorasi ini saja.
Pengisi acara terdiri dari penari tradisional dan penyanyi orkes gambus Yassalam yang lumayan menggoncang acara. Yang membuat ibu-ibu dan kaum remaja lupa diri berjoget dan teriak-teriak bagai di dalam konser rock.
Aku tidak kenal siapa-siapa jadi ya duduk saja di belakang melihat-lihat tingkah laku orang yang seliweran di depanku.




Lama-lama bosan juga ternyata cilang cileung ngga jelas, maka aku meminta ijin suami untuk pamit ke kamar..sementara dia aku persilahkan menghabiskan malam bersama teman-temannya. Tapi ternyata suami malah pingin ikutan ke kamar juga, alasannya capek dan harus save energi untuk besok perjalanan ke Toraja. Akhirnya kami berpamitan kepada mempelai dan keluarganya, lalu segera naik ke kamar bulan madu kami. #eaaa

SENIN, 10 OKTOBER 2016

Pagi-pagi kami bangun, packing dan sarapan di hotel. Lalu mulaikan aktivitas membosankan, yaitu menunggu jemputan..hehe
Sampai kira-kira lewat jam makan siang kami baru dijemput Rukmana. Sepertinya dia masih tetap sibuk urus check out tamu-tamu, yah mau ga mau harus dimaklumi. 

Perjalanan ke Toraja menempuh waktu kurang lebih 10 jam apabila berkendara santai. Bisa 8 atau 9 jam kalau ngebut. Tapi kalau mau ngebut harus yang sudah paham jalan, karena kondisi jalannya yang berkelok-kelok, terutama saat melewati gunung  Nona. 
Sebelum meninggalkan Makassar, kami mencicipi ayam sulawesi dan sopnya yang katanya cukup terkenal. Namun kalo menurutku sih masih enakan ayam goreng suharti hehehe..

Perjalanan menuju Toraja cukup mengasyikkan,meski harus melewati jalan yang berkelok. Rukmana tetap pada kemudi, aku dan suami cuma nemani ngobrol aja supaya dia tidak mengantuk. 
Aku yang haus piknik seperti ngga rela kehilangan satu pandanganpun, sehingga tidak henti2nya menatap ke arah jendela mobil. 

Hampir tengah malam kami sampai di hotel Pantan Toraja. Tadinya hotel ini bernama hotel Hilton, namun kemudian dibeli oleh bapaknya temannya suamiku, yang masih kerabat dengan Rukmana dan Amri. Bapak ini memang terkenal orang paling kaya di Toraja, namun sekarang sudah almarhum. 
Kisah pembelian hotel ini juga cukup lucu menurutku. Konon karena petugas hotel yang tidak ramah, membuat bapak ini kesal dan memutuskan membeli hotel ini sebagai balas dendam..hahaha..memang tingkah orang kaya unik-unik ya..

Lobby hotel Pantan Toraja
SELASA, 10 OKTOBER 2016

Agenda hari ini adalah naik ke bukit kasih, di mana ada patung Yesus memberkati. Bukit ini terletak persis di belakang hotel, dan patung Yesus raksasa tersebut terlihat cukup jelas dari kolam renang hotel. Kami sarapan pagi-pagi, sudah ada nasi goreng dan telur mata sapi di restoran hotel. Ada juga kopi dan jus buah yang enak sekali karena beneran buah asli dijus. Kalau kopinya masih kalah sama kopi yang aku coba di rumah Amri saat akad nikah. Selesai sarapan, kamipun menuju ke bukit kasih yang ternyata jalannya cukup curam. 

Di toraja ini di mana-mana terlihat Tongkonan dan kubur batu. Jangan heran bila ada batu besar di tengah sawah, atau di pinggir jalan, kita jumpai ada semacam pintu kecil di tengahnya. Itu isinya jenazah manusia. masyarakat Toraja jaman dulu memang adatnya menyimpan mayat di dalam batu, kalau batunya belum ketemu, mereka simpan dulu di dalam tongkonan. Kalau sekarang, biasanya mereka membuat bangunan seperti rumah kecil yang isinya bisa disesaki mayat satu keluarga. 

contoh batu yang dibolongi untuk ditempatkan jenazah atau tulang belulang manusia.
Sesampainya di puncak bukit kasih, ternyata kami harus mendaki banyak anak tangga untuk sampai ke kaki bukit. Dari situ kalau mau ke kaki patung Yesus masih harus mendaki anak tangga lagi, yang makasih aja deh, cukup sampai di bawahnya aja karena itu aja udah ngos-ngosan. 

Tapi pemandangan yang didapat lumayan breath taking...



Turun dari bukit kasih, kami menuju Kete'Kesu, yaitu kubur batu, Karena sudah agak siang, suasana sudah cukup ramai, meskipun ngga ramai2 banget. Di sini kita foto-foto aja sih, di tengah tongkonan yang berjejer rapi dan gua batu besar yang merupakan kuburan besar orang-orang Toraja. 






Setelah puas melihat-lihat Kete' Kesu, kami memutuskan untuk naik ke batu Tumonga. Konon ini adalah tempat yang cukup tinggi untuk dapat berada di atas awan. Aku sendiri belum ada bayangan seperti apa pemandangan yang akan kami lihat, yang jelas semua yang kulihat di Toraja ini menakjubkan.