Thursday, April 18, 2024

Ngomongin NPD


Kali ini aku mau ngomong tentang NPD. 

Bukan kapasitas aku sih, secara aku nih awam lah ya kalo soal beginian...cuma sok tau aja, berbekal contekan dari gugel hehehe. 

Pertama kita cek dulu apa itu NPD menurut Mbah Google. 

NPD adalah singkatan dari Narcissistic Personality Disorder, atau gangguan kepribadian narsistik. NPD adalah gangguan mental yang membuat pengidapnya merasa lebih penting daripada orang lain.

Pengidap NPD juga merasa orang lain harus mengagumi, mencintai, dan membanggakannya. Orang dengan NPD biasanya memiliki kebutuhan yang dalam untuk diperhatikan dan dikagumi, serta kurang bisa berempati terhadap orang lain. Namun, di balik rasa percaya diri yang berlebihan, orang dengan NPD sebenarnya memiliki perasaan yang rapuh yang rentan terhadap kritik sekecil apapun. 

NPD biasanya dimulai pada awal masa dewasa dan lebih banyak memengaruhi pria daripada wanita. Para ahli percaya bahwa NPD adalah perpaduan dari pengaruh lingkungan, genetik dan bagaimana otak seseorang mempengaruhi perilaku serta cara berpikir mereka. NPD bisa menyebabkan berbagai masalah dalam kehidupan, hubungan, dan kehidupan sehari-hari. Orang dengan NPD mungkin tampak sombong, dengan citra diri yang dibesar-besarkan dan mengabaikan perasaan orang lain. 

Orang dengan NPD umumnya tidak bahagia dan kecewa ketika mereka tidak diberi bantuan atau kekaguman khusus yang mereka yakini pantas mereka dapatkan. Mereka mungkin menemukan hubungan mereka bermasalah dan tidak memuaskan, dan orang lain mungkin tidak senang berada di dekat mereka. 

Kira-kira demikian yah sekilat info tentang NPD.

Kenapa sih aku kok tetiba pingin nulis tentang ini? sebab sepertinya aku ketemu juga nih sama orang macem ini. Tadinya aku kira dia cuma nggak bahagia aja, makanya selalu berusaha membuat orang lain juga menderita. Tapi lama kelamaan kok sepertinya agak laen yah kasusnya, bukan cuma sekedar julita julita hati, tapi mungkin lebih dari itu. Yes, dia tidak bahagia, karena dia selalu merasa menjadi korban atas perlakuan orang lain, kalau kata anak sekarang "playing victim". Tapi itu semua berasal dari keegoisannya, yang selalu ingin diperhatikan, dinomorsatukan, dipahami dan dipenuhi semua keinginannya. Kalau itu semua tidak tercapai, ia akan langsung kena gerd dan collaps. 

Terus terang aku yang penuh dengan rasa empati ini, jatuh kasihan dong kepadanya. Sebab akutu ga bisa lihat orang nggak bahagia, atau nggak enjoy dengan hidupnya. Aku, suami dan anak-anak, meski alhamdulillah kami selalu dicukupkan Allah, sering juga kok, nggak bisa memenuhi keinginan kami. Tapi ya kami biasa aja, nggak sampai depresi atau kepikiran banget gitu lho. Yang penting kan kebutuhan basic sehari-hari tercover. 

Nah, si dia ini, punya standard tertentu untuk menyebut dirinya bahagia. Misalnya harus punya rumah yang nyaman, mobil yang bagus, pakaian mahal dan tentu saja...harus selalu geng aipon jaya jaya... Akutu nggak habis mengerti dengan prinsip seperti ini. Sampai harus sogok sana-sini, manipulasi data dsb demi anak masuk sekolah favorit tuh gimana yah...nggak nyampe otakku ini. Tapi satu hal yang aku sangat khawatirkan dari orang ini, adalah bahwa ia seorang ibu, dan memiliki anak. Konsep hidup yang ia tularkan ke anak-anaknya itu sangat memengaruhi mereka. Akibatnya, anak-anaknya pun mudah sekali kecewa apabila keinginannya tidak tercapai, mungkin juga jadi menyalahkan diri sendiri apabila ibunya sedang sedih dan kesal. Oiya, perlu digarisbawahi, hampir seluruh keinginan yang aku maksud di sini sifatnya materi. 

Jadi misalnya gini, kalau anak lain sudah bahagia dibelikan motor honda beat oleh orang tuanya, anak ini baru senang apabila dibelikan motor besar yang harganya plus-plus. Kalau anak lain sudah bersyukur bisa kuliah di universitas ternama, anaknya ini bisa uring-uringan hanya karena dia harus PP kampus-rumah naik motor (karena jauh), sehingga harus kost. Kalau anak lain sudah bisa ngekost dekat kampus saja sudah senang, kosan dia minimal harus ber-AC dan wifi kenceng. 
Merepotkan banget nggak sih?

Tentunya nggak akan masalah kalau ortunya berduit, yang jadi masalah kan kalau ortunya juga pas-pasan. Apa bukan menyiksa diri sendiri namanya? dan parahnya, perilaku kurang bersyukur ini didukung penuh oleh si NPD. Mungkin menurutnya dia memang worth it banget ya kan, mendapatkan semua yang dia inginkan meski harus memanfaatkan orang lain. 

Konsep diri seperti ini, aku khawatir banget membuat si anak, karena terikat pada standart yang ditetapkan ibunya, kelak dia akan menghalalkan segara cara untuk mendapatkan keinginannya. Sebab baginya gaya hidup mewah itu penting banget. Baju branded, sepatu branded, sampai nongkrong di kafe sambil ngelepus vape. 

Makanya aku benci banget acara-acara TV atau konten sosmed yang menampilkan kekayaan, istilahnya sultan-sultan gitu. Apasih, hidup kok diukur dari harta benda yang cuma keindahan fana aja.  Ramutu buanget. 

Balik lagi ke NPD. kita kulik Google lagi yuk. 

Bagaimana cara menghadapi orang-orang dengan NPD? dikutip dari laman https://www.aia-financial.co.id/id/health-and-wellness/, begini paparannya: 

Orang dengan NPD sering kali sulit dihadapi karena tidak merasa “sakit” dan sering merendahkan orang lain. Ini bisa membuat orang-orang di sekitarnya justru mengalami tekanan mental. Untuk itu, kita perlu mengambil sikap yang tepat saat menghadapi orang dengan NPD. 

Narcissistic personality disorder (NPD) adalah gangguan mental yang pengidapnya merasa diri sendiri lebih penting dari orang lain sehingga orang lain harus mengagumi atau memujanya. Sering kali orang dengan NPD tidak sadar dirinya mengalami gangguan mental dan memperlakukan orang lain lebih buruk. Di sisi lain, seseorang yang terus-menerus berinteraksi dengan pengidap NPD justru bisa rentan mengalami gangguan mental. Untuk itu, kita perlu mengenali orang dengan NPD sedari awal dan memahami cara menghadapinya. 

Ciri-ciri orang dengan NPD, antara lain merasa diri sendiri superior, egois, arogan, emosional, sombong, menginginkan semua perhatian hanya untuk diri sendiri, haus pujian, tidak peduli dengan orang lain, kerap meremehkan orang lain, perfeksionis, antikritik, menghalalkan banyak cara agar keinginan terpenuhi, dan mengharapkan diperlakukan istimewa oleh orang lain. 

Orang dengan NPD juga sering berimajinasi tentang kekayaan, kesuksesan, kecantikan, kekuasaan, dan hal-hal lain yang lebih tinggi dibandingkan orang lain. Orang dengan NPD juga sangat pemilih dan hanya mau bergaul atau berinteraksi dengan orang-orang yang sepadan. Mengapa menghadapi orang dengan NPD itu sulit dan justru kita bisa merasa terintimidasi? Apalagi jika orang dengan NPD adalah anggota keluarga atau orang yang ditemui hampir tiap hari. 

Pertama, karena orang yang mempunyai penyakit gangguan mental NPD tidak merasa dirinya “sakit” dan selalu merasa superior. Karena merasa unggul dan tidak “sakit”, orang dengan NPD akan sulit diarahkan untuk konsultasi ke psikolog. 

Kedua, orang dengan NPD sering merendahkan orang lain. Jika orang dengan NPD adalah orangtua kita sendiri, sikap meremehkan dan mungkin hinaan dari orangtua sehari-hari selama bertahun-tahun bisa memicu tekanan mental. 

Ketiga, orang dengan NPD haus akan pujian dan mengharapkan penghormatan, pemujaan, dan rasa cinta berlebih dari orang lain. Sikap ini bisa membuat orang lain merasa tertekan karena harus terus-menerus memuaskan ego orang dengan NPD. 

Keempat, orang dengan NPD bisa memanfaatkan orang lain demi meraih tujuannya dan mengabaikan kondisi dan perasaan orang lain. Hal ini bisa membuat kerugian pada orang lain dan membuat orang lain tertekan. 

Lantas, apa yang harus kita lakukan agar kesehatan mental tetap terjaga saat menghadapi orang dengan NPD? Kita bisa melakukan hal-hal berikut ini. 

1. Menerima kondisi 
Mempunyai keluarga atau rekan kerja yang mengidap NPD bisa menguras mental. Namun, kita perlu menyadari bahwa kita tidak bisa mengubah sikap orang dengan NPD karena mereka tidak merasa “sakit” dan tidak bisa menerima kritik. Saat mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan, kita perlu menyadari bahwa hal tersebut adalah perilaku umum orang dengan NPD. 

2. Jaga jarak. 
Menjalani kehidupan satu atap bersama orang dengan NPD tidaklah mudah. Oleh karena itu, usahakanlah agar tidak terlalu sering berinteraksi dengan mereka, terutama jika mereka menunjukkan tanda-tanda ingin merendahkan atau memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri. 

3. Tolak dengan tegas. 
Orang dengan NPD sering kali memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuannya. Jika kita merasa tidak setuju, utarakan dengan jelas penolakan kita. Apalagi jika keinginan mereka bertentangan dengan norma sosial, etika kerja, atau regulasi resmi. 

4. Tetap tenang. 
Menghadapi orang dengan NPD tidak bisa dengan emosi tinggi. Kendalikanlah diri agar tetap tenang. Perhatikan kata-kata yang mereka lontarkan. Jika mereka mulai mengeluarkan kata-kata bernada negatif dan merendahkan, abaikan dan segera jauhi, tanpa perlu terpancing emosi. Saat menghadapi orang dengan NPD, justru mental kita yang perlu dijaga. Kita juga perlu memilih sikap yang tepat ketika menghadapi mereka di lingkungan rumah, lingkungan kerja, atau lingkungan sosial. Wah ternyata emang ini penyakit yang sulit disembuhkan. kecuali ybs bertekad sendiri, maka orang-orang disekeliling NPD harus mampu menghindarinya sebisa mungkin. 

Aku kadang masih ngga terima sih kok ada penyakit ga bisa disembuhkan, tapi orang NPD ini, kita ajak rukyah aja nggak mau lho. Aku aja yang ga ada masalah apa-apa, sudah beberapa kali dirukyah, meski ya, nggak ada kejadian seru, misalnya ada mahluk di badan ini yang meraung-raung atau aku ngamuk gimana gitu lah. Aku mah dirukyah ya plain aja sampe perukyahnya ngantuk-ngantuk...wkwkwk alhamdulillah sih yaa... 

Nah, kalau kalian kebetulan menghadapi orang dengan NPD ini, baek-baek ya...meski kalian simpati, tapi jangan sampai kalian tertekan, terbawa toxic trait mereka. kalau si NPD ini orangtua kalian, sebaiknya kalian berikan perhatian melalui perantara, misalnya tetangga atau orang yang ditugasi merawat orang tua kalian tersebut. Tentu saja kalau kalian berkeras hidup dengan mereka itu akan jadi amal baik kalian, tapi kalau kalian sudah berumah tangga, tantangannya bakalan ke pasangan kalian. Itu yang harus dipikirkan juga. 

Terus terang aku juga nggak tau harus bagaimana menghadapi si NPD yang aku kenal ini, tapi aku berdoa semoga Allah sembuhkan dia, kuatkan dan sabarkan aku agar tidak membencinya. Semoga kita dijauhkan dari ujian hidup yang kita tak sanggup memikulnya ya ...

Aamiin ya Robbal aalamiin..


No comments: