Saturday, August 12, 2023

Cacatan Pinggir Pasar


Tiba-tiba pengin nulis apa yang terlintas di benak. Kalau didiamkan pasti lupa, jadi mohon izin ya kalau tulisan ini muncul di beranda teman-teman. Namanya juga cacatan, pasti banyak cacatnya...hehehe

Enggak suka skip aja, oke 👍


Saya tuh kadang suka ngebayangin...kalau saya sudah nggak ada nanti, pastinya kisah hidup saya yang seru ini bakal lenyap bersama raga ini. Rasanya sayang juga yah...


Meski seru, tapi kalau ditanya mau enggak balik lagi ke usia 25 tahun, rasanya enggak deh...cukup sekarang menikmati hasil dari kebodohan-kebodohan usia muda yang menjadi pengalaman berharga selama empat dasawarsa ini. 

Yang lucu, saya ini kan seorang introvert, tapi hebatnya ternyata saya pernah cukup aktif di beberapa komunitas. Sebuah prestasi buat saya yang semasa sekolah seringnya jajan sendirian dan takut kalau rumahnya kedatangan tamu.


Sedikit cerita tentang hidup saya, sejak masa kecil, main-main di pantai berkarang di komplek rumah, nyerok ikan teri atau sekedar bermain pasir, sampai agak gedean di kampung cari makanan untuk ternak penjaga rumah kami di Citapen, pernah kesasar di kampung orang tapi tiba-tiba bertemu jalan ke rumah mantan asisten rumah tangga mamah kami almarhum, semua itu selalu membuat saya senyum-senyum sendiri setiap kali mengingatnya. Dan setiap kali mengingatnya, saya suka iba sama anak-anak saya yang sampai mereka besar, belum pernah merasakan nikmatnya tinggal di kampung dan merasakan gelapnya suasana pedesaan tanpa listrik, tembok bilik dan riuhnya suara serangga hutan, serta harumnya nasi yang dimasak di tungku kayu bakar.


Kalau boleh dikonfirmasi, rasanya kehidupan masa kanak-kanak saya sampai lepas dari orang tua itu bahagia sekali...yaaa kalau masalah dibully di sekolah atau dianyepin sama crush mah biasa lah ya...meskipun zaman dulu tuh rasanya kaya dunia mau kiamat...wkwkwk

Jadi, makasih banyak ya ayah dan alm. mamah yang sudah berhasil membahagiakan anak-anaknya ini sampai bisa mandiri...love you guys so much ❤️❤️❤️


Nah...masalah hidup itu sepertinya dimulai saat kita lepas dari orang tua, punya keluarga sendiri. Jadi rada ironis juga ya, kita dibahagiakan sama orang tua, diberikan yang terbaik, eh pas sama anak orang, harus mau berlelah-lelah cari nafkah, tinggal di rumah dengan fasilitas seadanya, ngontrak sana-sini, kadang diperlakukan kurang baik sama pasangannya dan lain sebagainya.

Mungkin itulah sebabnya banyak masalah mertua vs menantu ya karena orang tua rata-rata enggak rela anaknya diperlakukan tidak sesuai standar mereka. 


Tapi bagaimana pun juga, saya tetap bersyukur karena mampu melewati masa-masa kegelapan versi saya. Yang jelas semua orang punya kelebihan dan kekurangan, sebisa mungkin saya ambil yang positif-positifnya saja.

Beruntung sekali, saya punya sahabat-sahabat yang selalu support baik mentally maupun financially. Mereka yang selalu ada saat saya gundah, marah, sedih, atau sekedar berbagi kebahagiaan. Mereka yang enggak pernah lelah menghadapi sifat saya bahkan yang terburuk, dan meski kadang-kadang malah ngomporin, tapi seringnya menasihati yang baik-baik. Kami pernah tersesat bersama, tapi kemudian insyaf bersama, meski bangkitnya nggak sama-sama...hehehe. Semoga Allah ijabah doa-doa kita ya Sists! Aamiin...


Ada satu kisah yang mengharukan, dengan circle sahabat yang berbeda. Pernah suatu saat saya mengalami arthritis, kaki bengkak dan enggak bisa jalan. Saya foto lah penampakan kaki yang bengkak itu ke grup WA (atau BB, ya?), sekedar sharing aja. Eeh masa besoknya saya ditransfer sejumlah uang. Jadi ternyata para besties ini patungan untuk bantu saya berobat...huhuhu...kaget asli, ada rasa malu dan enggak enak, tapi what they did ini bener-bener sweeeeet banget...semoga Allah ganti dengan sebaik-baik balasan. 


Ada juga kebaikan teman-teman kampus saya yang enggak bisa saya lupakan. Yaitu saat pernikahan saya yang pertama...karena lokasinya di kampung, saya waktu itu ada rasa malu mengundang teman kampus. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba mereka hadir berombongan di acara saya. Subhanalloh...mana mobilnya sempat mogok pula karena jalanan yang menanjak parah. Jazakumulloh khoir ya girls, insya Allah dibalas dengan pahala kebajikan yg besar...aamiin...


Sampai sekarang saya masih enggak paham dari mana mereka tahu alamat resepsi di kampung itu. 


Oiya sebelum mengerti larangan dekat dengan non mahrom, saya pernah punya sahabat lelaki dua orang. Yang satu teman jalan & menggalau, satunya lagi mas-mas bijak dan sering menasihati...meskipun nasihatnya jarang saya patuhi...hehehe.

Dua-duanya ini ketemu di sosmed, yang pertama kalau enggak salah di friendster, yang kedua di blogspot. Tentu saja saya yang duluan menyapa, karena terpesona sama tulisan mereka. (Padahal emang pada lagi tebar pesona).

Meski awalnya di dunia maya, tapi kami sering ketemuan, karena pada dasarnya mereka teman bicara yang asik. Yang satu filosofis yang satunya lagi filosufis...tapi dua-duanya sangat njawani. Sopan dan baik hati.

Sampai kapan pun saya enggak akan lupakan kedua orang ini, meski sekarang sudah tidak ada hubungan lagi, karena menghormati pasangan masing-masing.


Masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang saya dapatkan, dari para mantan Boss yang selalu sabar menerima kekurangan saya, rekan kerja yang menuntun saya ke jalan yang benar, maupun rekan kerja yang senantiasa mempermudah pekerjaan saya selama saya bekerja dulu...semua masya Allah, luar biasa baiknya. Maafkan yaa kalau saya banyak merepotkan, semoga jasa-jasa kalian dibalas Allah dengan pahala berlimpah. 


Kalau flashback ke belakang, saya ini bukan termasuk orang yang kalau orang lain ditanya, Palupi itu gimana sih orangnya? Pasti jawabannya apa aja selain "baik". Kan ada ya, orang yang kita definisikan sebagai orang baik, tapi kalau saya kebanyakan orang bilangnya saya ini jutek. Beberapa mungkin menyangka saya sombong, beberapa lagi mungkin malah sebel sama saya...padahal sebenarnya saya cuma insekyur...hehehe.


Ya gapapa. Namanya juga pendapat kan ya.

Makanya sebagai orang yang enggak baik-baik amat, saya suka mau nangis kalau ingat nikmat Allah Subhanahu wata'ala kepada saya. Betapa banyak nikmat dan pertolongan Allah kepada saya. Benar-benar tak terhitung. 

Makanya ya guys, rezeki itu bukan hanya harta benda saja ya, meski memilikinya emang nikmat banget.


Beneran deh, pasangan yang sefrekwensi, orang tua yang ikhlas, mertua dan ipar yang baik, teman-teman yang selalu support, anak-anak yang soleh dan soleha, juga kesehatan yang prima adalah sebenar-benar nikmat yang nyata. Saya yakin ada di antara pembaca cacatan ini yang ngangguk-ngangguk sepakat. Soalnya mungkin sudah pernah ngerasain diuji dengan salah satu dari lima hal di atas. 


Akhirul kalam, semoga Allah jadikan saya dan keturunan saya, hamba-hamba yang selalu bersyukur dan mampu memenuhi segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. Juga buat yang sudah membaca sepanjang ini, makasih lohhh...semoga kalian semua diberikan kesehatan prima serta kebajikan hidup yang membahagiakan. 


Aamiin ya Rabbal aalamiin.

No comments: