Ngomongin NPD
Bukan kapasitas aku sih, secara aku nih
awam lah ya kalo soal beginian...cuma sok tau aja, berbekal contekan dari gugel hehehe.
Pertama kita cek dulu apa itu NPD menurut Mbah Google.
NPD adalah
singkatan dari Narcissistic Personality Disorder, atau gangguan kepribadian
narsistik. NPD adalah gangguan mental yang membuat pengidapnya merasa lebih
penting daripada orang lain.
Pengidap NPD juga merasa orang lain harus
mengagumi, mencintai, dan membanggakannya. Orang dengan NPD biasanya memiliki
kebutuhan yang dalam untuk diperhatikan dan dikagumi, serta kurang bisa
berempati terhadap orang lain. Namun, di balik rasa percaya diri yang
berlebihan, orang dengan NPD sebenarnya memiliki perasaan yang rapuh yang rentan
terhadap kritik sekecil apapun.
NPD biasanya dimulai pada awal masa dewasa dan
lebih banyak memengaruhi pria daripada wanita. Para ahli percaya bahwa NPD
adalah perpaduan dari pengaruh lingkungan, genetik dan bagaimana otak seseorang
mempengaruhi perilaku serta cara berpikir mereka. NPD bisa menyebabkan berbagai
masalah dalam kehidupan, hubungan, dan kehidupan sehari-hari. Orang dengan NPD
mungkin tampak sombong, dengan citra diri yang dibesar-besarkan dan mengabaikan
perasaan orang lain.
Orang dengan NPD umumnya tidak bahagia dan kecewa ketika
mereka tidak diberi bantuan atau kekaguman khusus yang mereka yakini pantas
mereka dapatkan. Mereka mungkin menemukan hubungan mereka bermasalah dan tidak
memuaskan, dan orang lain mungkin tidak senang berada di dekat mereka.
Kira-kira
demikian yah sekilat info tentang NPD.
Kenapa sih aku kok tetiba pingin nulis tentang ini? sebab
sepertinya aku ketemu juga nih sama orang macem ini. Tadinya aku kira dia cuma
nggak bahagia aja, makanya selalu berusaha membuat orang lain juga menderita.
Tapi lama kelamaan kok sepertinya agak laen yah kasusnya, bukan cuma sekedar
julita julita hati, tapi mungkin lebih dari itu. Yes, dia tidak bahagia, karena
dia selalu merasa menjadi korban atas perlakuan orang lain, kalau kata anak
sekarang "playing victim". Tapi itu semua berasal dari keegoisannya, yang selalu
ingin diperhatikan, dinomorsatukan, dipahami dan dipenuhi semua keinginannya.
Kalau itu semua tidak tercapai, ia akan langsung kena gerd dan collaps.
Terus
terang aku yang penuh dengan rasa empati ini, jatuh kasihan dong kepadanya.
Sebab akutu ga bisa lihat orang nggak bahagia, atau nggak enjoy dengan hidupnya.
Aku, suami dan anak-anak, meski alhamdulillah kami selalu dicukupkan Allah, sering juga kok, nggak bisa memenuhi keinginan kami. Tapi ya kami biasa aja, nggak
sampai depresi atau kepikiran banget gitu lho. Yang penting kan kebutuhan basic
sehari-hari tercover.
Nah, si dia ini, punya standard tertentu untuk menyebut
dirinya bahagia. Misalnya harus punya rumah yang nyaman, mobil yang bagus,
pakaian mahal dan tentu saja...harus selalu geng aipon jaya jaya... Akutu nggak
habis mengerti dengan prinsip seperti ini. Sampai harus sogok sana-sini,
manipulasi data dsb demi anak masuk sekolah favorit tuh gimana yah...nggak
nyampe otakku ini. Tapi satu hal yang aku sangat khawatirkan dari orang ini,
adalah bahwa ia seorang ibu, dan memiliki anak. Konsep hidup yang ia tularkan ke
anak-anaknya itu sangat memengaruhi mereka. Akibatnya, anak-anaknya pun mudah
sekali kecewa apabila keinginannya tidak tercapai, mungkin juga jadi menyalahkan diri sendiri apabila ibunya sedang sedih dan kesal. Oiya, perlu digarisbawahi, hampir seluruh keinginan
yang aku maksud di sini sifatnya materi.
Jadi misalnya gini, kalau anak lain
sudah bahagia dibelikan motor honda beat oleh orang tuanya, anak ini baru senang
apabila dibelikan motor besar yang harganya plus-plus. Kalau anak lain sudah bersyukur bisa kuliah di
universitas ternama, anaknya ini bisa uring-uringan hanya karena dia harus PP
kampus-rumah naik motor (karena jauh), sehingga harus kost. Kalau anak lain sudah
bisa ngekost dekat kampus saja sudah senang, kosan dia minimal harus ber-AC dan wifi kenceng.
Merepotkan banget nggak sih?
Tentunya nggak akan masalah kalau
ortunya berduit, yang jadi masalah kan kalau ortunya juga pas-pasan. Apa bukan
menyiksa diri sendiri namanya? dan parahnya, perilaku kurang bersyukur ini
didukung penuh oleh si NPD. Mungkin menurutnya dia memang worth it banget ya
kan, mendapatkan semua yang dia inginkan meski harus memanfaatkan orang lain.
Konsep diri seperti ini, aku khawatir banget membuat si anak, karena
terikat pada standart yang ditetapkan ibunya, kelak dia akan menghalalkan segara
cara untuk mendapatkan keinginannya. Sebab baginya gaya hidup mewah itu penting banget. Baju branded, sepatu branded, sampai nongkrong di kafe sambil ngelepus vape.
Makanya aku benci banget acara-acara
TV atau konten sosmed yang menampilkan kekayaan, istilahnya sultan-sultan gitu.
Apasih, hidup kok diukur dari harta benda yang cuma keindahan fana aja. Ramutu buanget.
Balik
lagi ke NPD. kita kulik Google lagi yuk.
Bagaimana cara menghadapi orang-orang
dengan NPD? dikutip dari laman
https://www.aia-financial.co.id/id/health-and-wellness/, begini paparannya:
Orang dengan NPD sering kali sulit dihadapi karena tidak merasa “sakit” dan
sering merendahkan orang lain. Ini bisa membuat orang-orang di sekitarnya justru
mengalami tekanan mental. Untuk itu, kita perlu mengambil sikap yang tepat saat
menghadapi orang dengan NPD.
Narcissistic personality disorder (NPD) adalah
gangguan mental yang pengidapnya merasa diri sendiri lebih penting dari orang
lain sehingga orang lain harus mengagumi atau memujanya. Sering kali orang
dengan NPD tidak sadar dirinya mengalami gangguan mental dan memperlakukan orang
lain lebih buruk. Di sisi lain, seseorang yang terus-menerus berinteraksi dengan
pengidap NPD justru bisa rentan mengalami gangguan mental. Untuk itu, kita perlu
mengenali orang dengan NPD sedari awal dan memahami cara menghadapinya.
Ciri-ciri orang dengan NPD, antara lain merasa diri sendiri superior, egois,
arogan, emosional, sombong, menginginkan semua perhatian hanya untuk diri
sendiri, haus pujian, tidak peduli dengan orang lain, kerap meremehkan orang
lain, perfeksionis, antikritik, menghalalkan banyak cara agar keinginan
terpenuhi, dan mengharapkan diperlakukan istimewa oleh orang lain.
Orang dengan
NPD juga sering berimajinasi tentang kekayaan, kesuksesan, kecantikan,
kekuasaan, dan hal-hal lain yang lebih tinggi dibandingkan orang lain. Orang
dengan NPD juga sangat pemilih dan hanya mau bergaul atau berinteraksi dengan
orang-orang yang sepadan. Mengapa menghadapi orang dengan NPD itu sulit dan
justru kita bisa merasa terintimidasi? Apalagi jika orang dengan NPD adalah
anggota keluarga atau orang yang ditemui hampir tiap hari.
Pertama, karena orang
yang mempunyai penyakit gangguan mental NPD tidak merasa dirinya “sakit” dan
selalu merasa superior. Karena merasa unggul dan tidak “sakit”, orang dengan NPD
akan sulit diarahkan untuk konsultasi ke psikolog.
Kedua, orang dengan NPD
sering merendahkan orang lain. Jika orang dengan NPD adalah orangtua kita
sendiri, sikap meremehkan dan mungkin hinaan dari orangtua sehari-hari selama
bertahun-tahun bisa memicu tekanan mental.
Ketiga, orang dengan NPD haus akan
pujian dan mengharapkan penghormatan, pemujaan, dan rasa cinta berlebih dari
orang lain. Sikap ini bisa membuat orang lain merasa tertekan karena harus
terus-menerus memuaskan ego orang dengan NPD.
Keempat, orang dengan NPD bisa
memanfaatkan orang lain demi meraih tujuannya dan mengabaikan kondisi dan
perasaan orang lain. Hal ini bisa membuat kerugian pada orang lain dan membuat
orang lain tertekan.
Lantas, apa yang harus kita lakukan agar kesehatan mental
tetap terjaga saat menghadapi orang dengan NPD? Kita bisa melakukan hal-hal
berikut ini.
1. Menerima kondisi
Mempunyai keluarga atau rekan kerja yang
mengidap NPD bisa menguras mental. Namun, kita perlu menyadari bahwa kita tidak
bisa mengubah sikap orang dengan NPD karena mereka tidak merasa “sakit” dan
tidak bisa menerima kritik. Saat mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan,
kita perlu menyadari bahwa hal tersebut adalah perilaku umum orang dengan NPD.
2. Jaga jarak.
Menjalani kehidupan satu atap bersama orang dengan NPD tidaklah
mudah. Oleh karena itu, usahakanlah agar tidak terlalu sering berinteraksi
dengan mereka, terutama jika mereka menunjukkan tanda-tanda ingin merendahkan
atau memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
3. Tolak dengan
tegas.
Orang dengan NPD sering kali memanfaatkan orang lain untuk mencapai
tujuannya. Jika kita merasa tidak setuju, utarakan dengan jelas penolakan kita.
Apalagi jika keinginan mereka bertentangan dengan norma sosial, etika kerja,
atau regulasi resmi.
4. Tetap tenang.
Menghadapi orang dengan NPD tidak bisa
dengan emosi tinggi. Kendalikanlah diri agar tetap tenang. Perhatikan kata-kata
yang mereka lontarkan. Jika mereka mulai mengeluarkan kata-kata bernada negatif
dan merendahkan, abaikan dan segera jauhi, tanpa perlu terpancing emosi. Saat
menghadapi orang dengan NPD, justru mental kita yang perlu dijaga. Kita juga
perlu memilih sikap yang tepat ketika menghadapi mereka di lingkungan rumah,
lingkungan kerja, atau lingkungan sosial. Wah ternyata emang ini penyakit yang
sulit disembuhkan. kecuali ybs bertekad sendiri, maka orang-orang disekeliling
NPD harus mampu menghindarinya sebisa mungkin.
Aku kadang masih ngga terima sih
kok ada penyakit ga bisa disembuhkan, tapi orang NPD ini, kita ajak rukyah aja
nggak mau lho. Aku aja yang ga ada masalah apa-apa, sudah beberapa kali
dirukyah, meski ya, nggak ada kejadian seru, misalnya ada mahluk di badan ini
yang meraung-raung atau aku ngamuk gimana gitu lah. Aku mah dirukyah ya plain aja
sampe perukyahnya ngantuk-ngantuk...wkwkwk alhamdulillah sih yaa...
Nah, kalau
kalian kebetulan menghadapi orang dengan NPD ini, baek-baek ya...meski kalian
simpati, tapi jangan sampai kalian tertekan, terbawa toxic trait mereka.
kalau si NPD ini orangtua kalian, sebaiknya kalian berikan perhatian melalui
perantara, misalnya tetangga atau orang yang ditugasi merawat orang tua kalian
tersebut. Tentu saja kalau kalian berkeras hidup dengan mereka itu akan jadi
amal baik kalian, tapi kalau kalian sudah berumah tangga, tantangannya bakalan
ke pasangan kalian. Itu yang harus dipikirkan juga.
Terus terang aku juga nggak
tau harus bagaimana menghadapi si NPD yang aku kenal ini, tapi aku berdoa semoga
Allah sembuhkan dia, kuatkan dan sabarkan aku agar tidak membencinya. Semoga
kita dijauhkan dari ujian hidup yang kita tak sanggup memikulnya ya ...
Aamiin ya
Robbal aalamiin..
Comments