Pengalaman Unik Wawancara Pekerjaan

Kali ini aku mau cerita pengalaman wawancara kerja, tapi karena lumayan banyak ya pengalamannya, jadi aku tulis beberapa yang berkesan saja.

Yang pertama adalah saat aku masih kuliah, kakakku cerita ada info lowongan kerja sebagai SPG di kantornya. Saat itu aku masih kuliah ya, di FH. Tapi tertarik banget sama yg namanya nyari duit meski cuma sebagai SPG. Produknya sendiri adalah energy drink. Cara kerjanya itu SPG didrop ke perkantoran2, lalu nawar2in ke bapak2 pekerja kantoran untuk beli produk kita. Kata kakakku lumayan gajinya, apalagi komisinya kalau kita bisa jual banyak. Mahasiswi juga banyak yang kerja di situ, jadi tentu saja aku tertarik.

Esoknya, berbekal surat lamaran dan CV, aku pergi ke kantor kakakku di kawasan industri Pulogadung. Karena jaraknya yg jauh dari jalan raya, maka turun dari bus aku naik ojek. Agak kesal karena nambah ongkos, tapi enggak mungkin juga aku jalan kaki dari depan, bisa basah keringat dan lepek aja penampilanku.

Sampai di kantornya, sudah ada belasan wanita2 muda yang berniat sama denganku. Beberapa masih mahasiswa juga seperti aku, beberapa lagi lulusan SMA/SMIP. Kami semua dipanggil masuk bersama-sama, diberikan briefing pengenalan dan sedikit product knowledge, lalu tes psikologi tertulis. Setelah itu satu persatu dipanggil wawancara, termasuk aku.

Tes dan wawancaranya sih cepat, tapi nunggu pengumumannya ya ampun...lama betul. Mungkin ada 3 jam lebih menunggunya. Sehabis ashar, akhirnya diumumkan siapa2 saja yang diterima. Ternyata aku berhasil diterima, bersama dengan 4 orang lainnya. Alangkah senangnya aku. Kemudian kami disuruh masuk, sementara yang tidak terpilih disuruh pulang. 

Kami digiring masuk ke ruang rapat, dan ternyata langsung dibagi-bagikan seragam. Jadi besok pagi jam 8 kami harus sudah di kantor utk briefing dan jam 11 kami akan didrop di gedung2 perkantoran Sudirman dan Kuningan. Tentunya kami tidak dilepas sendiri, tapi didampingi para senior.

Lalu kami disuruh fitting seragam, dan begitu aku buka pembungkusnya, jreng jreng...ternyata seragamnya itu kemeja, rompi dan rok pleads super mini dengan warna yang cukup mencolok. Aku cukup shock sih, karena menurut aku ini mah jual tampang & body banget, persis spt SPG2 mobil. Dengan suara terbata-bata, aku menghampiri mas supervisornya, lalu dengan takut-takut dan mata berkaca-kaca, aku berkata, "Mas, maafff banget...tapi saya enggak jadi kerja di sini deh. Soalnya ayah saya pasti ngamuk kalau lihat seragamnya seperti ini..". Masnya cuma bengong saja waktu itu, mungkin belum pernah ada yg mengundurkan diri karena urusan pakaian.

Kemudian aku langsung pamit meninggalkan kantor itu, (mungkin) dengan diiringi tatapan heran dari teman2 SPG lainnya, sudah capek2 datang dan menunggu, pas diterima malah langsung resign! hahaha

Namanya juga ngelamar posisi SPG, produk minuman berenergi pula yang identik dengan pria perkasa...what do you expect Pal??!!?? 🤣🤣🤣

Pengalaman wawancara unik yang kedua adalah saat ada lowongan untuk jadi penyiar radio Klasik FM. Enggak tau kenapa kok pede banget mau jadi penyiar, hanya mengandalkan pengetahuan musik klasik yang enggak seberapa. 

Tahunnya sekitar 1998-1999. Saat itu aku suka banget musik klasik terutama periode Baroque dan awal 1900an (New Order). Aku sampai koleksi kaset-kaset musik klasik coveran orkestra terkenal, mulai dari koleksi 4 musimnya Vivaldi, Bach, Mozart, Tchaikovsky, Beethoven dll sampai agak paham perbedaan khas masing-masing komposisi musisi2 tersebut. Aku juga pendengar setia Klasik FM tersebut, makanya pas ada lowongan penyiar, langsung dong cuss ke kantornya. 

Kantornya terletak di Planet Senen, di lantai atas pertokoan Senen, yg mana jalan ke sananya udah kaya mencari jejak. Setelah tanya sana-sini, dengan membawa-bawa map berisi lamaran kerja dan CV, akhirnya ketemulah kantor sekaligus studio Klasik FM tersebut. Ada 4 orang kandidat yang dites dan diwawancara bergantian, wawancaranya sih biasa saja, tapi tesnya ada dua macam, tertulis dan tes suara.

Sebelumnya aku sudah ngobrol-ngobrol sama kandidat2 lain, dan pede banget aku bisa ngalahin mereka dalam hal pengetahuan musik klasik. Sebab mereka sama sekali buta ttg musik klasik. Apalagi saat mengisi lembar jawaban tes, rasanya sih aku benar semua. 

Entah kenapa aku juga enggak khawatir sama tes suara, karena aku merasa suaraku merdu...wakakakak 

Emang aku orangnya kalau udah pede ya kebablasan aja pedenya 🤣

Tes suara kita disuruh membaca teks dalam beberapa menit, dan aku yakin banget bakal diterima. 

Ternyata zonk. 

Kandidat yang diterima diumumkan saat itu juga, mereka dua orang yang sudah saling mengenal (ke studionya bareng), dan benar2 enggak paham musik klasik.

Aku tentu saja kecewa, dan jiwa Leoku berontak, langsung nanya apa sih alasan yang membuat mereka diterima?

Jawabannya ternyata suara mereka lebih enak didengar. Sementara suaraku terlalu cepat dan keliatan banget lagi baca teks 🤣 

Ya begitu, knowledge enggak penting, appearance enggak penting (jujurly aku juga merasa lebih cakep daripada kedua orang itu wkwkwkwk), tapi yang penting itu suara lo enak didengar!

bener juga sih...ini kan RADIO!  hahaha 😆 

Pengalaman ketiga, adalah saat melamar kerja di perusahaan asing. Saat itu aku sudah menikah, dan tau tentang lowongan marketing staff di perusahaan tersebut dari seorang teman. Aku dibuatkan janji wawancara langsung dengan CEOnya, orang Belanda jam 8.30 pagi. 

Dasar si aku, terlambat dong! Aku baru sampai kantor jam 8.50. Temanku marah-marah, karena katanya bosnya itu sudah siap dari jam 8. Ya sudahlah aku pasrah. Kalau enggak diterima ya gapapa, toh ini kesalahanku.

Tak berapa lama bos londo ini menemui aku di ruang kecil. Aku agak deg-degan sih, bukan cuma karena terlambat, tapi ternyata karena orang ini, guanteng buangeeeet... Matanya biru, rambutnya pirang dan tubuhnya proporsional. Wangi pula 😭. Seketika aku terpana untuk sepersekian detik, untung aja nggak ngeces. Setelah bertanya-tanya kepadaku soal-soal basic wawancara kerja, akhirnya dia bilang aku diterima. Jujur saat itu akupun kaget. Kok dia mau ya terima aku yang datang wawancara aja sudah telat, enggak punya pengalaman dalam bidang marketing pula.  Temanku aja sampai nggak terima. Emang rada aneh sih temanku itu, dia yang info lowongan ini, tapi kayanya nggak rela juga aku kerja di sana. Kelak, bos londo yang bernama Erik ini jadi bos yang selalu baik sama aku, bahkan sampai rela ngajarin aku trik2 excel, dsb. Saat aku ternyata hamil pun dia malah dobel extra nice, ya Allah, pokoknya aku dibuat klepek2 deh sama dia. Sementara temanku itu malah selalu cerita yang buruk2 tentang aku. Aneh banget 😆

Pengalaman selanjutnya adalah saat aku wawancara kerja sebagai paralegal di sebuah perusahaan tekstil. Lokasinya di Kelapa Gading, tentu saja aku excited karena dekat rumah. Saat itu aku baru saja resign dari Artha Graha yang berlokasi di SCBD.

Saat wawancara pertama oleh perempuan berhijab, ditanya hal-hal basic, tidak ada masalah. Kemudian wawancara kedua, langsung dengan Managing Director, orang India. Kami bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Tapi setelah 10 menit, tiba-tiba si bos India ini bicara dalam bahasa Indonesia. Fasih banget lagi 🤦🏻‍♀️

Tiba-tiba suasana jadi cair, dan dia bertanya-tanya tentang hobiku. Kujawab, membaca novel. Lalu dia tanya apa novel favoritku. Saat itu aku baru saja menyelesaikan novel Sang Alchemist karangan Paulo Coelho, dan aku suka banget. Ya aku jawab saja, The Alchemist. Ternyata pak bos terkesiap. Ia spontan menggebrak meja dengan penuh antusias. "That's my favorite too!!!"

Kami akhirnya malah cerita2 tokoh2 di novel itu, dan bagaimana besarnya pengaruh novel itu pada kami. Untuk dia, novel tersebut malah dianggap sebagai pivot point arah kehidupannya. Novel itulah yg membuat dia percaya bahwa the universe menginginkannya utk berdaya guna, makanya dia terjun di bidang green energy. Btw, India yg satu ini necis banget ya penampilannya. Raut wajahnya mirip Shah Rukh Khan, cuma lbh gemuk. Dan wangi banget sumpah.

Lalu dia bilang, "Ibu, saya lihat aura kita sama. I feel positivity when talking to you. Saya percaya kita akan bisa bekerja sama".

Dengan demikian aku diterima bekerja gara-gara kesamaan aura dan novel favorit! Subhanallah 😆 

Lanjut pengalaman terakhir yang paling absurd. 

Saat itu aku sudah bekerja di perusahaan energy di Jl. Sudirman. Tapi karena mamaku sakit, aku mulai berfikir untuk pindah kerja yang dekat rumah saja, misalnya area Kelapa Gading. Nah dari ratusan job yg aku apply di Jobsdb.com, ada satu yang menurutku cocok. Lokasi di Kelapa Gading, posisi HR & Legal supervisor. Aku dipanggil untuk wawancara di situ. 

Saat hari wawancara, ternyata itu adalah kantor Inul Vista, perusahaan yg punya jaringan karaoke di mana-mana, termasuk KTV. Sebenarnya dari awal aja sudah mencurigakan sih, karena saat aku menunggu di ruang tamu, ada sekitar lima orang kandidat di sana, tiga lelaki dan dua perempuan. Tapi setelah dua kandidat diwawancara, tau-tau aku dipanggil masuk. Kan aku jadi nggak enak sama tiga orang lainnya yg datang duluan.

Ada tiga orang pewawancara di dalam ruangan, salah satunya kok mirip Mas Adam, suaminya Mbak Inul, tapi bukan. Ternyata dia manajer HR & legalnya. Setelah cukup lama ditanya banyak hal, wawancara selesai dan aku diminta untuk tunggu telepon selanjutnya. 

Dua hari kemudian, saat di kantor, aku ditelepon oleh manajer HR & legal itu untuk wawancara kedua di Inul Vista Melawai. Aku minta izin makan di luar ke bos aku, lalu cuss ke Melawai naik taksi. 

Sampai di sana, aku fikir bakal disuruh ke kantornya, tapi ternyata aku diminta menunggu di lobby karaoke house itu, yang memang kebetulan sepi karena masih siang. Aku memerhatikan beberapa pegawai karaoke yang kerap mengamati aku sambil senyum2 ditahan. Perasaanku sudah nggak enak, tapi mau cabut kok rasanya nggak pantas. Tak lama aku dipanggil dan diminta masuk ke ruangan karaoke. Aneh bukan, masa wawancara kerja di dalam ruang karaoke???

Tapi aku masih menurut, aku fikir ya tidak ada salahnya, toh ini perusahaan karaoke. Dan taukah kalian wahai para pembaca yg budiman...tiba2 aku disuruh nyanyi! Udah gitu si manajer ini yg pilihin lagunya...lagu Betharia Sonata 😭

Entah kenapa aku tdk bisa menolak, saking pingin kerja dekat rumah, aku turuti keinginan si manajer ini, sampai tak terasa aku bernyanyi sampai 4 atau 5 lagu Rinto H & Pance P. Udah gitu skornya di atas 95 semua...ya Allah apaan sih iniii 😭😭😭

Akhirnya aku memaksa harus kembali ke kantor, meski ditahan-tahan terus oleh si manajer yang entah kenapa kegirangan karena aku bisa bernyanyi dengan baik. Tapi akhirnya ia mengizinkan aku pamit, sesudah menyatakan bahwa ia akan telepon aku utk kabar selanjutnya. Dalam hati, yaelah udah disgracing myself seperti ini masih blm diterima juga. Mau nangis nggak tuh.

Besok paginya, kebetulan hari Sabtu, aku ditelepon pak manajer, yang menyatakan bahwa aku diterima kerja. Aku diminta datang pada hari Senin untuk diperkenalkan dengan stake holder Korea. Jadi posisiku adalah di bawah si manajer ini, kantorku di Kelapa Gading, tapi bukan di kantor tempat wawancara sebelumnya. Katanya ada kantor satu lagi, lbh kecil dan aku akan seruangan dengannya.

Selepas telepon itu, aku langsung galau. Meski gaji yang aku minta disetujui tanpa ditawar, tapi aku kok seperti nggak yakin yah. Lalu aku minta pendapat ayahku, dengan menceritakan proses wawancara yg absurd di Inul Vista Melawai kemarin. 

Ternyata ayahku tegas memerintahkan aku untuk menolak pekerjaan itu. Katanya terlalu banyak hal-hal yang mencurigakan, dalam arti kelakuan si manajer itu tidak pada tempatnya. Kalaupun aku memaksa kerja di sana, menurut ayahku pasti tak akan nyaman. Aku masih ingat ucapan ayahku saat itu, sudah nggak usah bingung, kamu tolak saja kerjaan itu. Nanti juga akan ada pekerjaan yg lebih baik. 

Malam itu aku galau. Apa yang harus kulakukan, belum tentu dapat kesempatan seperti ini lagi. Sepanjang malam benakku terus memikirkan untung, rugi, resiko dan manfaat dari keputusan ya atau tidak. 

Minggu pagi jam 10, aku menulis pesan singkat kepada pak manajer. Isinya aku mengundurkan diri dari pekerjaan ini dan berterima kasih untuk kesempatan yang diberikan.

Alhamdulillah beberapa bulan kemudian aku diterima bekerja di sebuah anak perusahaan BUMN di Tg Priok, dengan gaji yang lebih besar dan lokasi yang lebih dekat dari rumah dibanding Kelapa Gading. Benar memang apa yang dikatakan ayahku, pasti ada pekerjaan yg lebih baik, selama kita memutuskan atas dasar kebaikan. Masya Allah. Terima kasih ayah untuk masukannya ❤️



Comments

Popular posts from this blog

Marriage and Loyalty

The Year is 1994

Is Marriage Scary?