Desa KKN Trip



Tidak terasa sudah hampir seminggu yang lalu kami melakukan perjalanan ke Semarang-Magelang menemui Kyara. Tujuan sebenarnya sih ngangkutin barang-barang dia dari kosannya, karena sayang aja bayar kos selama dua bulan padahal ngga dipake. Jadi Kyara ini sudah mulai KKN yang akan berlangsung selama dua bulan dan habis itu ia insya Allah akan ke Jakarta untuk magang selama tiga bulan. 

Niat awal berangkat jam 4 subuh, salat di rest area setelah MBZ. Tapi ternyata paksu bangun jam 2 dini hari, katanya sudah nggak bisa tidur lagi. Saya sendiri dengar dia bangun otomatis kebangun juga, akhirnya saya bergegas mandi, sementara paksu masak sosis, spicy wings dan nganget2in nasi semalam untuk sarapan kita di jalan. 

Pukul 3 kita bangunin Adzkiya, dan Faza yang memang belum tidur, saya suruh tahan jangan tidur dulu untuk tutup pagar dan kunciin pintu-pintu. Lalu pukul 3.15 kamipun berangkatlah dari Griya Bukit Jaya ke Semarang. 

Ada satu hal yang mengganggu, karena sebenarnya Sabtu 29 Juni saya ada meet up dengan owner Ezmour Leather di Sentul, dan Ahad 30 Juni itu Adzkiya ada acara Haflah di sekolah ngajinya. Yaa semacam acara kenaikan kelas gitu deh. Penting banget ya kan...tapi kami tidak punya pilihan lain. Kalau ditunda minggu ini, tidak bisa karena ada acara nikahan Annisa, keponakan saya. Kalau minggu depannya lagi, artinya saya harus bayar minimal separuh harga kost karena lewat dua minggu. Sayang banget kan, mending uangnya buat nambahin beli bensin. 
Selain Haflah Adzkiya, saya juga harus rela melewatkan acara geng Chrysant di cafe barunya Bundil...😭😭😭

Keluar tol MBZ ternyata masih belum subuh, maka kita melewati rest area demi rest area sampai tiba azan subuh, yang ternyata tepat di rest area Cipali. Alhamdulillah kami dapat salat subuh berjamaah. Suasana di area mesjid ternyata cukup ramai, banyak juga yang berhenti untuk salat di sini. Habis salat subuh, Adzkiya minta makan KFC. Untung saja gerainya sudah buka, maka dia makan di KFC. 
Setelah kenyang makan, kamipun melanjutkan perjalanan.

Jam menunjukkan pukul 7.30, memasuki Subang, perut saya sudah kruyuk kruyuk. Maka di rest area Subang, saya dan paksu sarapan dulu di mobil, sementara Adzkiya main game di hp-nya. Sebelumnya saya dan Adzkiya tidur sih, makanya bangun-bangun lapar..hehe
Banyak juga yang berhenti di rest area tersebut untuk sekadar buang air atau resting sejenak. Yang lucu, saat kita makan di mobil, ada beberapa orang yang nyender di belakang mobil, mungkin dikiranya tidak ada orang di mobil, karena mesinnya nggak kedengaran. Memang mobil hybrid ini nggak ada suaranya, kecuali saat ngecas batere, baru ada suaranya. 

Kami berangkat ke Semarang ini juga ada modus lain, yaitu mau ngetes keiritan Yaris Cross. Selama ini perbandingan bensin yang dihabiskan untuk penggunaan sehari-hari Bogor - Jakarta rata-rata di 1:22. Nah kita sudah bertekad sih untuk maintain kecepatan di 90 km/jam guna mencapai 1:22 atau mungkin 1:25 seperti jargonnya. Tapi ya ampun, mau sampai Magelang jam berapa dengan kecepatan segitu hehe...walhasil paksu khilaf beberapa kali lari di 130 km/jam, dan kesimpulannya saat sampai di rumah lagi, kami hanya berhasil mencapai angka 1:20. Dengan perhitungan isi bensin pertama 300rb, tambah isi di Ambarawa 150rb, lalu saat pulang isi lagi 200rb. Itupun sampai rumah masih sisa 6 bar dari 8 bar full! Geblek ngga tuh iritnya, jauuh lebih mahal e toll-nya yang sampai 1,2 jutaan. 

Memasuki desa Banjarsari, Magelang, tempat KKN Kyara, kami disuguhkan pemandangan indah kaki gunung Sumbing. Subhanalloh indahnya alam yang masih asri, melihat sawah-sawah di sepanjang mata memandang, rasanya hati tenang banget. Fabiayyi ala i robbikuma tukazziban...



Jam menunjukkan pukul 11.30 saat kami sampai di Posko KKN untuk menjemput Kyara (gambar diambil saat malam_sebagai illustrasi). Poskonya adalah rumah salah satu warga desa yang kosong, terletak persis di pinggir jalan utama, berseberangan dengan balai desa. Rumah ini memang langganan jadi posko KKN. Dari depan sih sederhana aja, ke dalam juga tetap sederhana hehehe...cuma nggak nyangka, rumahnya cukup luas juga. Hanya saja karena dibagi-bagi banyak ruangan jadi nggak kelihatan lega. Pokoknya pusing lah serasa banyak ruangan rahasia gitu...wkwkwk
Ada dua ruangan besar yang dijadikan kamar tidur, dan ada satu kamar lagi, tapi tidak dipakai, karena katanya agak-agak spooky. 
Jumlah peserta KKN Unnes di desa ini ada 11 orang, 8 di antaranya adalah perempuan, maka rumah ini menjadi posko putri. Untuk 3 orang putra menetap di rumah kecil di wilayah perumahan warga, agak masuk ke dalam. 

Dari posko KKN kami menuju kosan Kyara di Gunung Pati Semarang. Sampai di sana beres-beres, ngemas barang dan masukkan ke bagasi, salat jamak qashar, pamit ke bapak kos, lalu cuss ke kota Semarang mencari hotel. Di tengah perjalanan kami melewati Eva House & Cafe yang ternyata letaknya pas banget di tugu Palagan Ambarawa. Saya sendiri memang ingin ke situ karena cafenya kelihatan bagus dan cukup ramai, apalagi saya kenal kopi Eva yang dulu suka dibawain Pratono, teman Goodreads saya. Tapi ternyata cappucinonya nggak enak, kata paksu dan Kyara rasanya aneh ada bau kambingnya (saya sih nggak ngerasa ada bau ya, tapi memang selama ini nyeduh kopi Eva tubruk aja nggak pernah pakai susu. Rasanya oke kok) dan makanan-makanan lainnya (kita pesan nasi gudeg manggar) rasanya biasa aja. Btw manggar adalah bunga kelapa, baru kali ini saya makan gudeg manggar, tapi menurut saya masih enakan gudeg nangka.  Harganya menurut saya relatif mahal sih, karena hitungannya seorang habis 70ribuan. Tapi saya tetap beli kopi Eva yang dan abon sapi untuk di rumah. Nilai lebihnya, tempat ini bagus dan saya sendiri terharu bisa melihat langsung tugu Palagan Ambarawa yang selama ini cuma saya tahu dari buku-buku sejarah. Ada dua tugu yang tersemat tulisan yang sama. Yang satu tugu dari semen berbentuk kotak biasa, namun tulisannya sudah sulit terbaca. Untungnya ada tugu baru di depannya yang tersemat tulisan yang sama. Aduuh saya suka terharu kalau membayangkan perjuangan para pahlawan-pahlawan ini...sama seperti saat saya ke museum pahlawan di Surabaya...mau nangis rasanya, ikut merasakan ghirah perjuangan, dan juga pengorbanan mereka yang luar biasa. Semoga Allah merahmati para pahlawan nasional dan kemerdekaan Indonesia di kuburnya. aamiin ... 



Lanjut ke Semarang, sebenarnya agak ketar-ketir karena seluruh hotel yang bintang 3 di Semarang full booked. Bintang 4 rate-nya sudah di atas 1,5 jutaan. Meskipun saya sebenarnya khawatir dengan kebersihan hotel bintang 3 ke bawah, tapi kalau harganya 1,5 juta up ya malesbanget.com lah. Jadi dengan keyakinan teguh kami go show, siapa tahu masih ada kamar di hotel bintang 3 di Semarang. Alhamdulillah dapat di Ibis Style, harga 800rb w.o. breakfast. Yah lumayan lah daripada lumanyun...*kriuk 

Makan malam tadinya mau di Simpang Lima Semarang, karena banyak tenda jajan yang sungguh menghiurkan, tapi gagal karena hujan. Akhirnya kita ke Nasi Pindang Gajah Mada deh yang memang favorit saya kalau ke Semarang. 

Malam ditutup dengan perut yang kenyang, terima kasih untuk nasi pindang dan lumpia depan hotel yang Masya Allah enaknya. Harganya lumejen sih, 1 lumpia Rp14 ribu, tapi disajikan dengan saus khasnya, acar timun dan cabe rawit. Waah ternyata kalau ada yang bilang lumpia nggak enak, cara makannya yang salah..karena kalau kamu gigit lumpia dengan sausnya, lalu gigit cabe rawitnya dan kemudian acar timunnya, di situlah kelezatan lumpia yang HQQ..bagai ledakan rasa yang ruar biasa...uendeeesssss buangetttt!

Pagi-pagi jam 6 bangun, salat subuh kesiangan dan yang tadinya mau check out hotel jam 7 pagi, mulur jadi jam 8.30. Nyari-nyari sarapan dengan bekal rekomendasi Google, nasi soto Mba Lien. Eh ternyata pas sampai sana, kita malah tergoda makan nasi gudeg Abimanyu. Walahhh....alhamdulillah pilihan yang tepat, karena emang seenak itu! Nasi sotonya Mbak Lien sendiri rasanya so-so aja, Adzkiya makan itu sambil mau nangis, karena dia nggak terlalu suka..hehe


Habis sarapan, kami berangkat menuju desa KKN lagi, mengantarkan Kyara kembali ke poskonya. Perasaan saya mulai campur aduk. Yaa namanya ibu, ninggalin anak gadisnya di kampung orang rasanya ngenes aja gitu. Rasanya pingin saya peluk saja dan bawa pulang ke Griya..hehe
Inilah sakitnya mencari ilmu. Namun sakitnya belajar itu masih jauh lebih baik daripada sakitnya kebodohan. Hidup memang perjuangan, dan salah satu perjuangan sangat agung adalah perjuangan mencari ilmu yang baik. Allah sendiri memuliakan para pencinta ilmu, sebagaimana firmanNya: 

"...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Sampai kembali di posko, sekitar jam 11.45 WIB, saya menyempatkan salat jamak qashar karena tergoda airnya yang sangat sejuk. Letak desa yang di kaki gunung, membuat air sangat bagus namun tidak terlalu melimpah. Saya meninggalkan sedikit oleh-oleh lapis talas dan lain-lain untuk Kyara dan teman-temannya, lalu setelah itu pamit untuk kembali ke Griya Bukit Jaya. 

Perjalanan pulang lebih senyap dan untuk mengatasinya saya memutar lagu-lagu Indonesia yang bisa dinyanyikan paksu. Tidak seperti perginya, pulangnya kami tidak melewati danau rawa pening, tapi lurus jalan palagan Ambarawa, dan melewati kota lama Ambarawa. Cuaca terik, jam sudah menunjukkan pukul 13.30, namun hawanya ternyata sejuk. Kami menepi sebentar untuk membeli serabi Ngampin khas Ambarawa. Dijajakan di pinggir jalan oleh deretan emak-emak (tapi tidak sepanjang jalan sih, hanya di tempat tertentu). Penampakannya tipis-tipis, diameter lebih kecil dari serabi biasa, dan cara makannya dikuah di dalam gelas plastik. Rasanya enak, lumayan menyegarkan, mungkin karena bahan-bahannya asli, dan masaknya masih pakai anglo,

Jalan dari Magelang pukul 12.15, target kami istirahat di rest area Heritage 260 B (Brebes) sekalian beli oleh-oleh. Kecepatan mobil sudah nggak karu-karuan, paksu ngegeber sampai 130-150km/jam salip salipan sama mobil lain. Padahal kondisi jalanan lumayan ramai. Nggak nyangka beliau ketrigger sama fortuner & pajero sport yang emang hobinya kebut-kebutan.

Alhamdulillah sekitar pukul 15.50 kami sampai di tempat yang dituju. Paksu dan Adzkiya salat dzuhur dan ashar, sementara saya nunggu Adzkiya. Kami sempat makan siang yang kesorean di sana, rasa biasa dan harga overprice. Ayam bakar 45rb belum sama nasi. Sate kambing seporsi 65rb isi 5. Lumpia seporsi 75 rb, isi 5 kecil-kecil nggak ada sausnya pula. Jauh banget sama yang di depan hotel Ibis. Buat kalian yang ke rest area itu, mungkin lebih seksama aja pilih-pilih resto yang oke, kadang ramai aja nggak jaminan makanannya enak.


Alhamdulillah memasuki Cikampek kena macet juga...hehehe
Merayap mulai Cipali karena perbaikan jalan, dan sempat masuk rest area di Cikampek untuk saya dan Adzkiya pipis, sekitar pukul 19.30. Teruuus aja lalu lintas padat merayap sampai lepas Cikampek dan masuk Jagorawi.

Akhirnya sampai rumah pukul 22.40 WIB. Disambut ayah, uwak kakak, om Alim dan gantengku Faza.

Alhamdulillah wa syukurilah, Allah berikan keselamatan dan kesehatan kepada kami bertiga dalam perjalanan ini. Masya Allah tabarakallah. 

 







Comments

Popular posts from this blog

Marriage and Loyalty

The Year is 1994

Is Marriage Scary?