The Time Traveller's Wife
Rating: | ★★★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Audrey Niffenegger |
Bagaimana rasanya jika baru semenit yang lalu kau bersama-sama suamimu di dapur, memasak makan siang, dan suami mu sedang memotong-motong bawang, dan tiba-tiba..zapp! dia menghilang, secepat itu, meninggalkan dirimu sendirian bersama irisan bawang dan pisau tergeletak di atas meja dapur?
Kau mencoba bersikap seolah-olah itu hal yang wajar, dan berusaha melewatkan hari itu sendirian, menunggu dan berharap ia akan pulang untuk makan malam.
Bagai mana rasanya?
Bagaimana rasanya jika suatu malam engkau sedang terlelap berdampingan dengannya, dan kau bangun di tengah malam mendapati hanya bajunya saja yang tertinggal di sampingmu, dan suamimu entah dimana, mungkin sedang berkeliaran tanpa pakaian dan hanya Tuhan yang tau apa yang akan terjadi padanya, dan kau tak dapat melakukan apapun untuknya?
Bagaimana rasanya?
Seperti itulah kira-kira perasaan yang berangsur-angsur saya rasakan, semakin jauh saya mengenal Clare, the time traveller’s wife.
Clare tumbuh bersama Henry, seorang yang memiliki kelainan genetic, yang menyebabkan dirinya selalu terlempar dari waktu satu ke waktu yang lain. Masa lalu dan masa depan. Meski demikian, Henry selalu berusaha untuk hidup selayaknya manusia normal, dan beruntunglah, ia menemukan Clare, seorang wanita yang sanggup memahami dirinya dan keanehannya itu, yang dicintainya sebesar ia dapat mencintai seorang wanita.
Clare bertemu Henry pertama kali saat usianya 6 tahun, sementara Henry bertemu pertama kali dengan Clare di usia 36 tahun. (Saya pikir hal ini perlu dijelaskan karena kebanyakan orang agak terseret-seret di awal-awal cerita).
Meski masih sangat muda, Clare mampu memahami situasi yang dialami Henry (strong, strong lady) dan merekapun kerap bertemu sepanjang masa kecil dan remaja Clare, sampai akhirnya memutuskan menikah. Hubungan yang dialami memang aneh, tapi inilah yang menciptakan ikatan tak terpisahkan antara mereka.
Ketergantungan, saling membutuhkan.
I guess that what love is all about.
Terlepas dari lompat-lompatnya Henry dari waktu ke waktu yang lain, rumah tangga Clare dan Henry berjalan cukup normal selayaknya pasangan biasa. Henry bekerja di perpustakaan Newberry, dan Clare berprofesi sebagai seniman kontemporer. Mereka melakukan baby-conception dan hang-out bersama teman pasangan mereka (Gomez dan Charisse) yang untungnya dapat memahami keanehan Henry. Akan tetapi Henry tetap berusaha memecahkan persoalan genetisnya dengan mengkonsumsi banyak obat-obatan dari ahlinya.
Ada bagian yang membuat saya teringat kisah Rosemary’s Baby saat Clare menderita kesakitan di masa-masa kehamilannya yang dilalui dengan susah payah (7 kali!). penderitaan, mimpi dan pikiran-pikiran yang ada dalam benak Clare hampir mirip dengan yang dialami oleh Rosemary (Hanya bedanya Rosemary tidak keguguran, dan mengandung bayi setan..ho..ho...)
Secara sederhana, kisah Henry dan Clare sangat berkesan bagi saya, memberi saya pertanyaan-pertanyaan yang terus mengusik, seberapa banyakkah yang dapat saya berikan kepada orang-orang yang saya cintai?
terlepas dari kekurangan yang mereka alami dan hal-hal yang menjengkelkan yang saya terima sebagai balasannya, sejauh manakah saya sanggup mencintainya dengan tulus?
Apakah sudah cukup baik cara saya mencinta? Apakah sudah tepat cara saya menunjukkan kasih sayang kepada mereka, sebanyak yang mereka butuhkan dari saya?
Apakah kasih sayang yang saya berikan dapat membuat mereka bertumbuh baik sesuai dengan yang seharusnya?
Pertanyaan-pertanyaan ini akhirnya berujung pada suatu pertanyaan lagi: sudah cukup kuatkah saya apabila saya harus kehilangan orang-orang yang saya cintai?
Well people, inilah alasannya saya memberikan 5 bintang, semuanya, personal sekali.
hanya cinta yang bisa
menaklukan dendam
hanya kasih sayang tulus
yang mampu menyentuh
hanya cinta yang bisa
mendamaikan benci
hanya kasih sayang tulus
yang mampu menembus ruang dan waktu
-Titi DJ feat Agnes M.
Comments