MALL
Goenawan Mohammad Majalah Tempo Edisi. 10/XXXIIIIIII/ 07 - 13 Mei 2007. > Jika anda berdiri di salah satu sudut Senayan City , anda akan tahu bagaimana malam berubah sebagaimana juga dunia berubah. Di ruangan yang luas dan disejukkan pengatur udara, cahaya listrik tak pernah putus. Iklan dalam gambar senantiasa bergerak, bunyi musik menyusup lewat ratusan iPod ke bagian diri yang paling privat, dan lorong-lorong longgar itu memajang bermeter-meter etalase dengan busana dan boga. Sepuluh, bukan, lima tahun yang lalu, malam tidak seperti ini. Juga dunia, juga kenikmatan dan kegawatannya. > Hari itu saya duduk minum kopi di salah satu kafe di salah satu mall di Jakarta , dan tiba-tiba saya merasa bodoh: saya tak tahu berapa mega-kilowatt listrik dikerahk an untuk membangun kenikmatan yang tersaji buat saya hari itu. Saya merasa bodoh, ketika saya ingat, pada suatu hari di Tokyo , di tepi jalan yang meriah di Ginza , teman saya, seorang arsitek Jepang, menunju...